BAB 19 - ONE KICK MAN

17 3 0
                                    

Topeng Jack dikembalikan ke kelas 11B. He Zhao baru saja berjalan dengan gontai keluar dari ruang kelas itu, tetapi ia sudah dihadang oleh seorang gadis dengan kostum maid separuh kucing. Dahi He Zhao berkerut, berusaha mengingat siapa gerangan gadis pelayan jadi-jadian ini.

"Maximilian!"

Suaranya melengking, membuat He Zhao meringis saat gadis itu berteriak memanggil namanya.

"Marion?" tanya He Zhao, setengah tidak yakin apakh gadis ini benar-benar teman sekelasnya atau bukan.

"Max kemana saja? Ini saatnya pertunjukkan café." Gadis itu cemberut, namun segera menggeret He Zhao ke arah kelas mereka. Syukurlah He Zhao tidak salah menyebut nama dan membuat gadis itu menjerit lagi.

Pertunjukkan café, He Zhao baru ingat ini jadwalnya melakukan pertunjukkan live. Terlalu murung memikirkan nasib percintaannya yang mundur 100 langkah membuat He Zhao melupakan hal ini, bahkan ia belum menyiapkan lagu apapun.

"Apa Juan tidak bisa menggantikanku?"

Marion berbalik memelototinya dengan mata sipit. "Juan sedang melayani tamu, shiftnya belum berakhir. Juan akan mengisi panggung nanti sore."

He Zhao tertawa kering, mau tak mau ia harus memikirkan beberapa lagu untuk dinyanyikan.

Antrean di lorong kelas 11 mengular. Suara tawa gadis terdengar saat He Zhao baru saja melangkahkan kaki memasuki ruang kelasnya. Penuh, 70% kursi-kursi diisi oleh gadis. Wajar saja, Juan bergabung dibarisan pelayan, selain itu Richard juga berada di sana. Kelas 11D tidak hanya terkenal dengan muridnya yang berandal dan sering keluar masuk bk, tetapi juga terkenal dengan kelas yang memiliki wajah-wajah rupawan. Jelas saja hal itu menjadi nilai jual tambahan untuk kelas mereka

Tidak membuang waktu lagi, He Zhao segera melangkah ke panggung kecil berbentuk lingkaran. Hanya ada gitar klasik yang dihubungkan ke sound system dan satu buah microphone yang sudah dipasang di stand mic. He Zhao mengambil gitar itu, membawanya ke bangku kecil di depan microphone.

Alunan nada mulai terdengar saat He Zhao memetik gitar itu. "Ekhm, selamat siang semuanya." Pelanggan yang sibuk berbincang dan menyesap minuman mereka, kini mengalihkan atensinya ke He Zhao.

"Untuk mengisi kesepian di relung hati para pengunjung, saya akan menyanyikan lagu ini."

He Zhao kembali memetik gitar, memainkan intro dari lagu yang akan ia nyanyikan. Beberapa pelanggan mereka terkikik mendengar ucapan He Zhao sebelumnya, lalu tenggelam dalam suara He Zhao saat pria itu mulai melantunkan bait pertama.

"You'll be the saddest part of me." Petikan halus gitar, tumpang tindih dengan suara serak He Zhao.

"A part of me that will never be."

"Mine it's obvious tonight is gonna be the lonelist."

Theo baru saja turun dari rooftop. Jam istirahatnya berakhir, setelah memastikan persiapan api unggun lengkap Theo harus membantu kelasnya. Langkahnya terhenti di tangga terakhir, sepuluh langkah lagi ia akan berada tepat di depan kelas 11D.

Tidak, Theo tidak menghentikan langkahnya karena melihat He Zhao ataupun Juan, ia menghentikan langkahnya karena mendengar suara familiar yang mengalunkan nada yang juga terdengar familiar.

"And I just keep on thingking how made me feel better." Tubuh Theo menegang, kakinya terasa kaku untuk digerakkan.

"And all the crazy little things that we did together." Memaksakan dirinya untuk berjalan mendekati kelas 11D, benar saja ia bisa melihat He Zhao menyanyikan lagu itu dengan ekspresi yang sulit ia baca.

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang