BAB 30 - FIRST

27 4 7
                                    

Cyrus bertindak lebih cepat daripada dugaan mereka berdua. Ketika He Zhao dan Theo sudah sampai di sekolah tempat Thalia bekerja, wanita itu sudah tidak ada. Berdasarkan keterangan yang ia dapat dari rekan sekaligus guru mereka sewaktu SMA, Mr. Gee, Thalia dijemput oleh dua orang dari kepolisian untuk dimintai keterangan.

Ciri-ciri yang dideskripsikan Gee tidak lain dan tidak bukan pasti Cyrus dan Liam. Sebenarnya Theo tidak mau menyusul, tetapi ia tidak punya pilihan lain karena Thalia tidak menitipkan kunci rumahnya pada siapapun. Kantor polisi Nevada tidak jauh dari sini, masalahnya Cyrus membawa Thalia yang malang ke kantor polisi Washington beberapa menit lalu—dan Theo tahu diri ia tidak mungkin muncul ke kantor kepolisian Washington dalam balutan baju tidur lusuh.

Theo bahkan membiarkan He Zhao berkeliling sendiri di sekolah.

"Jadi bagaimana?" tanya He Zhao setelah ia selesai menyampaikan apa yang dikatakan Mr. Gee, pria itu sempat bercermin di spion samping sebelum mengenakan lagi sabuk pengamannya. "Kau mau ke sana?"

"Aku tidak tahu." Theo menggaruk dahinya yang tidak gatal—mengeluarkan ponsel untuk mencoba menghubungi Cyrus sekali lagi dengan harapan detektif itu bisa menepi di suatu tempat dan Theo bisa mengambil kunci rumahnya. "Aku tidak bisa ke kantor polisi Washington berpenampilan seperti ini, bukan? Aku bahkan belum mandi."

He Zhao mengulurkan tangan—mengusak rambut Theo yang sudah memang berantakan dan belum sempat disisir. "Ya, penampilan seperti itu lebih cocok berada di atas tempat tidurku."

"Apa?"

"Bukan apa-apa." He Zhao tertawa pelan—lantas terdiam ketika terpikir sesuatu. "Apa kau harus ke rumah sakit juga hari ini?"

"Tidak, hari ini aku libur."

"Kalau begitu sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan sekalipun kau tidak mandi sampai siang." He Zhao memiringkan kepalanya, tersenyum dan mencondongkan badan lebih dekat pada Theo. "Kau bisa ke rumahku dan aku bisa memandikanmu."

"Kaupikir aku ini apa? Kuda?" Theo mengernyit, mendorong wajah He Zhao sampai cukup jauh.

"Bukan kuda tapi ingin kutunggangi." Antara tidak tahu malu dan tidak pernah kapok, He Zhao tertawa lepas, menurunkan tangan itu dari wajahnya.

"Apa kau bisa berhenti bicara memalukan seperti itu?"

"Dan mulai menunggangimu?"

"He Zhao!"

"Maaf, maaf ...." He Zhao tertawa lepas, mundur dan mulai menyalakan kembali mesin mobilnya. "Kau terlihat sangat serius, bingung dan tegang. Bahkan memikirkan belum mandi saja alismu ditekuk sampai ke bawah. Pekerjaanmu belakangan ini berat sekali, ya?"

"Ya." Theo mengangguk. "Aku hanya berkutat dengan jasad sebelum ini, tahu-tahu ada pekerjaan yang mengharuskanku untuk bergabung dengan polisi ... menyelidiki kejahatan juga. Biasanya aku cukup bekerja dengan jasad dan membuat laporan, terkadang dimintai keterangan—hanya sejauh itu saja. Sekarang keluargaku terlibat ... kau juga terlibat. Seperti tidak ada satu menit pun waktu dimana aku boleh menurunkan kewaspadaan, mungkin itu yang menyebabkan aku menjadi sepuluh kali lipat lebih membosankan."

"Tidak juga." Buggati hitam itu melaju dengan mulus tanpa diiring deru mesin sedikitpun, He Zhao mengangkat bahunya saat jarum bergerak ke angka 70mph. "Kau tidak pernah membosankan, setidaknya bagiku."

Theo tidak banyak berkomentar setelahnya, antara ingin membiarkan He Zhao fokus menyetir atau ia sendiri tidak tahu harus mengomentari apa. Theo sejak awal merasa He Zhao punya selera yang aneh dengan menyukainya, dan menganggap ia tidak membosankan mungkin hanya satu dari banyak efek samping menyukai hal tidak wajar seperti Theo.

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang