BAB 57 - SAVE ME SAVE YOU

12 2 0
                                    

Cyrus dan Patrick pasti sudah tidak ada di restoran, bukan hal yang aneh karena waktu memang sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Jika pun Theo mengikuti instruksi Patrick sebelumnya, ia tidak yakin kalau ia bisa menemukan Cyrus dan Patrick di kamar Bradley Ford sekarang. Semua anggota kepolisian mungkin sudah terlelap di kamar mereka masing-masing, termasuk William. Theo kembali ke kamarnya di lantai enam, dan tertidur dengan kondisi memegang ponsel yang ia temukan.

Theo juga terbangun dengan posisi dan kondisi yang sama ketika sinar matahari mulai memasuki celah jendela kamar.

Ia lupa mematikan pendingin ruangan, refleks kedua lengannya bersilangan satu sama lain—menggosok dengan harapan ada sedikit kehangatan dari usahanya yang tak seberapa. Sadar bahwa ia tidak mengganti bajunya tadi malam, Theo menanggalkan kemeja putih yang ia kenakan—menyisakan kaos hitam milik He Zhao—sebelum ia rapikan dengan sedikit tenaga yang baru terkumpul sambil mematikan pendingin ruangan. Rambutnya berantakan, dan Theo keluar kamar dengan kondisi seperti itu setelah mendengar ketukan di pintu.

Tidak ada salam selamat pagi, Theo bahkan baru sadar siapa yang datang setelah ia terlepas dari rasa terkejut mendapat pelukan tiba-tiba. William hampir membuat Theo terjungkal ke belakang dengan tubuhnya yang lebih besar.

"Ada apa?" tanya Theo.

"Aku tidak bisa menghubungimu semalam. Kau tidak ada di tempatmu saat aku kembali. Aku menunggu di depan kamarmu hingga pukul dua pagi, kau tidak ada." Theo dilepaskan perlahan, wajahnya ditangkup dengan dua tangan. "Apa kau baik-baik saja?"

"Aku ... ya, ya aku baik baik saja," kikuk dengan situasinya, pria itu menutup pintu dan bersandar di sana setelah terkunci. "Kenapa kau menungguku?"

"Kita berada di lingkungan yang sama dengan musuh. Siapa yang tahu apa yang bisa terjadi padamu?" William mengambil langkah mundur, menyerahkan ponsel pada Theo. "Ini ponselmu, Cyrus memintaku menyerahkannya kembali."

"Oh ya, terima kasih. Maaf membuatmu menunggu tanpa memberi kabar, tapi tak ada apa-apa, syukurnya aku baik-baik saja." Theo tersenyum tipis untuk menghilangkan rasa canggung.

"Ada yang ingin kau lakukan hari ini?" tanya William akhirnya setelah menangkap bahwa Theo baik-baik saja.

"Banyak yang harus ku lakukan," ucap Theo sambil memasukan ponsel ke dalam saku celananya. "Dan aku juga akan membutuhkan bantuanmu."

"Soal apa?"

"Sulit mengatakannya untuk sekarang, aku harus mengkonfirmasi beberapa hal dulu." Theo memundurkan tubuhnya, mengambil jarak.

"Begitukah.. baiklah, ayo kita pergi sarapan?" William tampak tak terganggu dengan gelagat Theo.

"Aku akan menyusulmu nanti," jawab Theo menolak ajakan William.

"Kau mau kemana?"

"Menemui pihak Hoover. Ada yang ingin didiskusikan."

"Tidak bisakah menunggu nanti?" Nada yang digunakan polisi itu sedikit menuntut.

"William," Theo menghela napas—menoleh pada pria besar yang berdiri tak jauh darinya. "Aku tidak tahu sampai kapan ingatanku bisa bertahan jika aku tidak melakukan ini sesegera mungkin."

***

He Zhao menghentikan langkahnya di depan sebuah lukisan yang ukurannya hampir menyamai ukuran tembok itu sendiri. Ten-Foot Flowers karya Andy Warhol, He Zhao pernah melihatnya sebelum ini. Guratan di atas kanvas tidak menunjukkan ia selesai pada tahun 1967, Bellagio mengurusnya dengan baik sehingga lukisan senilai 12 juta dollar itu terlihat lebih muda—seolah baru saja dilukis Warhol minggu lalu.

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang