Bab 11 - ACCIDENT

27 4 0
                                    

"Halo? Selamat malam?"

"Malam—hei apa aku mengejutkanmu?"

He Zhao bangkit dari tempat tidurnya, berdiri di sisi jendela yang tirai nya sudah ditarik turun sejak pukul lima sore. Ia tidak tahu apa motivasinya, tapi saat menunggu jawaban Theo di seberang sana ia tidak bisa berhenti mencubit bagian kain tirai yang menjuntai hingga lantai.

"Tidak, ada apa Max?"

"Aku penasaran apa masih ada bus di jam selarut ini?" masih dengan jari yang mencubit tirai, He Zhao duduk pada ottoman yang menghadap rak buku kecil di ujung ruangan. "Bagaimana kau pulang sekarang?"

"Aku berjalan kaki."

"Berjalan kaki?"

"Ya. Aku pedestrian yang setia," He Zhao menghangat ketika mendengar Theo tertawa kecil di ujung sana. "Jalanan masih ramai, lagipula."

"Hati-hati ada orang jahat," He Zhao menegakkan posisi duduknya, kemudian melirik pada jam digital di atas nakas. "Jam segini jalanan memang pasti ramai, tapi bukankah ramai oleh orang mabuk dan orang kalah judi yang baru saja keluar dari kasino?"

"Ya ... tidak salah," Theo menjauhkan teleponnya—He Zhao tidak yakin apa yang tengah ia lakukan ketika suara pria itu mengecil. "Tapi bukan masalah besar, kau sendiri kenapa tidak istirahat?"

"Aku tidak bisa tidur." Pandangan He Zhao jatuh pada kunci mobil yang tergeletak di atas rak buku. "Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang?"

"Tidak usah," suara Theo terdengar lebih jelas sekarang. "Aku sudah hampir sampai ... dalam tujuh menit mungkin."

"Baiklah, hati-hati menginjak semut."

"Aku akan mendoakan kematian mereka sebelum tidur jika memang menginjak beberapa."

He Zhao menjauhkan telponnya, berteriak ke dalam bantal, terbatuk—kemudian mencoba mempersiapkan diri sebelum kembali berbicara

"Jadi bagaimana besok dan lusa? Apa kau sudah punya rencana?"

Theo terdengar bergumam, He Zhao berdiri—kemudian duduk saat sadar kenapa juga ia harus berdiri.

"Belum, ada apa?"

"Apa kau keberatan kalau aku meminta tolong di hari liburmu?"

"Minta tolong?" Theo menjeda. "Apa yang bisa aku bantu?"

"Kau tahu, Juan sangat pemilih pada makanan ... dan Karma hampir memakan segala jenis makanan, sama sepertiku," He Zhao kembali berdiri, berjalan dalam lingkaran dengan langkah gugup."Aku memerlukan orang dengan selera normal untuk mencoba resep baru café sebelum benar-benar dirilis, kalau kamu tidak keberatan."

"Oh..." degup jantung He Zhao menggebu-gebu, lebih keras dari bunyi musik EDM kelab malam. "Boleh saja, tapi aku tidak terlalu bisa makan manisan dengan laktosa, apa itu tidak merepotkan? Bagaimana kalau-"

"Tentu saja tidak. Kebetulan ini bukan pastry dengan basis laktosa," He Zhao memotong Theo sesegera mungkin. Lalu menepuk dahinya setelah sadar diri itu sedikit lancang. "Maaf maksudku ... ya tentu saja dengan kondisi kalau kau tidak keberatan."

Untuk sesaat Theo tidak menjawab, dan He Zhao sudah ketar-ketir saat itu juga. Ia berdiri di depan lemari, berdiri di depan pintu kamar mandi, berdiri di depan tempat tidur—He Zhao hendak pindah untuk berdiri di depan kamar saat suara Theo kembali terdengar.

"Boleh, kapan aku bisa menemuimu? Tapi mungkin besok akan sedikit siang, aku kurang tidur hari ini."

"Tidak masalah. Pukul sembilan bagaimana? Aku akan mengirimkan alamatnya padamu."

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang