4. Menyelamatkan

447 45 2
                                    

Apa kabar jok?

***

"Suapin gue!"

Soza membulatkan matanya marah, berkali-kali ia bersumpah serapah di dalam hati. Sebenarnya siapa yang penculik saat ini? Mengapa justru Soza yang diculik sekaligus menjadi babu di sini?

"Nggak," tolak Soza mentah.

Seringaian tercetak di bibir Arega, ia menatap Soza yang masih membawa sepiring makanan di tangannya. Ia bersedekap dada sebelum kembali berbicara.

"Nurut, atau gue kurung lo di gudang," ancam Arega.

Soza memutar bola matanya tak minat. "Yaudah kurung aja kali."

Arega menunduk, menyesuaikan tingginya dengan perempuan itu. "Atau dikurung di kamar gue aja, ya?"

Manik mata Soza menyorot penuh kemarahan, oke, demi keselamatan sementara ia akan mengikuti kemauan Arega. Ia mengedikkan dagunya, mengintrupsi agar Arega berjalan terlebih dahulu menuju ruang makan.

Arega tersenyum penuh kemenangan, lalu mulai berjalan diikuti oleh Soza di belakangnya.

Sekiranya dua menit kakinya terus melangkah hingga sampai di ruang makan, jika berlama-lama di sini bisa-bisa betis Soza akan ramping, pikirnya.

Soza menatap tak percaya apa yang terjadi di hadapannya saat itu juga, pria berusia 23 tahun itu duduk di atas meja tempat memasak. Padahal sudah jelas di depannya terhampar luas meja makan yang bahkan muat untuk 12 orang.

"Gue bingung, kenapa bos gue malah ngincar donatur gila kayak lo!" Cibir Soza semakin mendekat pada Arega. "Nggak ada wibawanya sama sekali."

Cibiran Soza membuat Arega berdecak sebal. "Gue kaya. Lo mau apa?"

Soza setengah emosi, tapi tak menanggapi lagi ucapan Arega.

"Buka mulut lo," perintahnya.

"Panggil nama gue!"

Perempuan yang masih memakai bajunya semalam membisu, ia lupa siapa nama kliennya itu, padahal sebelumnya ia telah membaca data pribadinya sebelum melancarkan aksi.

Tatapan Soza begitu jengah. "Gue nggak tau nama lo."

"Dimulai dari huruf 'A'," titah Arega dengan sudut bibir yang naik.

"Agus?"

"Yakali, gue kaya, nggak mungkin nama jelek begitu!"

Kening Soza mengeryit. "Acong?"

"Gila lo!"

"Ahmad?"

"Bukan!"

Soza menggertakkan giginya, sebenarnya pria di depannya ini usia berapa? Mengapa dia seperti diculik oleh balita?

Ia berdecih pelan, "Nggak usah bertele-tele, gue gampar juga lo pakek piring."

Eitsss ...

Arega terkekeh rendah. "Ini rumah gue. Kalo gue mau lo membusuk di sini, juga bisa."

Dan Soza melupakan fakta itu, ia berdehem pelan untuk mengurangi rasa gugup. Lalu kembali menatap Arega yang masih betah duduk di atas meja itu.

"Jadi nama lo siapa?" tanyanya halus, nyaris seperti angin yang menerpa rerumputan.

"Arega Baswara," ujar Arega penuh kemenangan. Memang jadi kaya punya banyak keuntungan, mengancam salah satunya.

"Ega ayo makan."

Simpanse ayo makan sambung Soza dalam hati.

Sejenak Arega tenggelam pada suara Soza, tertegun sejenak sambil memperhatikan kedua manik mata itu lekat. Tak pernah ada yang memanggilnya selembut itu.

Mencuri Hatimu! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang