37. Jiwanya Terluka

73 11 0
                                    

"Kita pulang ya, Oza?"

Soza semakin erat memeluk leher Arega, isak tangisnya terus mengalun perih. Arega melangkah keluar bersama Daffa yang masih setia memberi penerangan, sementara tangan kanannya sibuk memasangkan earphone wireless yang tadinya terpasang di telinga Soza. Langkah Daffa terhenti saat suara-suara aneh menelisik pendengarannya.

"Tunggu, Ga," ucapnya berusaha tetap tenang. "Handphone Soza kayaknya masih di sini," lanjutnya lalu kembali memasuki ruangan tempat Soza disekap tadi.

Benar saja ada secercah cahaya dari sela-sela tumpukan kardus kosong, Daffa mengambil benda itu.

Sebuah video masih terputar di sana....

Video yang membuat Daffa semakin bingung.

Apa gunanya menonton adegan kecelakaan dengan suara mengerikan yang terdengar sangat jelas?

"Ketemu, Daf?" Arega setengah berteriak membuat Daffa terkesiap lalu berjalan keluar.

Daffa memandang ragu-ragu pada Soza yang menenggelamkan wajahnya di dada bidang Arega. "Handphone-nya ketemu, tapi...."

"Apa?"

Daffa mendekat lalu memasangkan satu earphone di telinga Arega, setelahnya ia menunjukkan video dalam benda pipih itu.

Arega mengerjap pelan, degup jantungnya menjadi tak terkendali.

Setitik kejadian tiba-tiba menghampiri pikirannya, ia ingat tentang Soza yang menjadi tidak terkendali setelah menyaksikan tabrakan di depan matanya, ya Arega ingat akan hal itu. Setelah video itu berakhir, perlahan Arega melepas earphone itu. Matanya sendu memandang Soza dengan rambut yang menutup wajahnya.

"Bawa mobil, Daf." Arega berjalan cepat hendak memasuki mobil, namun saat diambang pintu tangisan Soza kembali terdengar.

"Gue nggak mau masuk...." lirihnya dengan tangan yang semakin erat mengalung di leher Arega.

"Gue di sini, Oza."

Bukannya tenang Soza justru menggeleng kuat. "Nggak mau." Suaranya bergetar.

Arega menghela nafas, bagaimana pun dia tidak bisa memaksa mungkin saja akan memperburuk keadaan perempuan itu.

"Earphone satunya lagi, Daf?" tanyanya kemudian pada Daffa.

"Jangan dikontak dulu," ucapnya kembali saat tangan Daffa hendak menyalakan mobil.

Perlahan Arega duduk dalam mobil itu.

Dengan cekatan ia membuka ponselnya--menyambungkan perangkat bluetooth pada earphone--jarinya menggulir whislist lagu favoritnya. Arega sedikit kesusahan dengan posisi seperti ini, terlebih sambil menopang Soza.

Soza memberontak saat Arega hendak memasangkan earphone pada telinganya. "Nggak mau!"

"Dengarin dulu," balasnya lembut.

Merasa Soza sudah tidak memberontak Arega memberikan perintah sepelan mungkin kepada Daffa.

Daffa mulai melajukan mobil.

Bersama deru mesin itu, tangisan kembali terdengar.

Tangan Arega menyingkirkan rambut Soza yang menutupi wajahnya, netranya menatap penuh arti kedua mata tanpa harapan itu. Soza seakan kehilangan gairah hidupnya, perempuan yang biasanya selalu memasang wajah datar itu kini begitu menyedihkan.

Arega membawa Soza semakin jatuh dalam dekapannya, memeluknya sedalam mungkin agar decitan ban dan deru mesin tidak mengusik pendengarannya.

"Mulai hari ini gue bakal bertanggung jawab atas rasa sakit yang lo rasain." ucapnya tulus, meski hanya Daffa yang mampu mendengarnya.

Mencuri Hatimu! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang