6. Lo Udah Nikah?

361 39 0
                                    

Apa kabar jok?

***

"Udahlah Der, Soza nggak butuh kita."

"Lo nggak paham apa maksud Soza," balas Deren tak terima.

Arin menaikkan satu sudut bibirnya membentuk senyuman sinis. "Bukan gue yang nggak paham, tapi lo yang terlalu mengagumi kaum goodlooking."

Perdebatan mereka tak lepas dari tatapan pegawai lain di tempat itu, Deren memilih duduk di kursi kebesaran Soza. Pria itu menopang dagu di atas meja, lalu beralih menatap Arin yang ikut duduk di sebelahnya.

"Lo iri?"

Arin mengernyit bingung. "Maksud lo?"

"Lo iri karena Soza lebih cantik," sarkas Deren. "Lo juga iri karena Soza lebih berguna."

Seketika Arin berdiri, membuat decitan kursi yang cukup keras. Atensi seluruh pegawai terpancing, mereka mematung menatap kedua orang itu. Ada anggapan telah terjadi keributan antara pegawai inti yang selalu bekerja di lapangan itu.

"Jadi maksud lo gue nggak berguna?!" Suara Arin mengencang.

"Iya." Deren membalas tatapan Arin. "Lo nggak berguna Arin!"

Alis Arin terangkat, ia melipat tangan di dada. "Atas dasar apa lo bilang gue nggak berguna?"

Deren bangkit secara tiba, membuat kursi yang ia duduki jatuh dan terbentur keras dengan lantai. Tidak tahu apakah suara itu akan terdengar dari luar, meski ruangan itu kedap suara.

"Seharusnya lo yang bius klien itu, bukan Soza. Biasanya begitu kan?!" bentak Deren.

Arin mendekat, kedua matanya melihat tak santai. Tatapannya lekat pada Deren.

"Dia yang mau bius, bukan gue yang nyuruh," seru Arin penuh penekanan.

"Seharusnya lo nolak."

"Kenapa lo jadi nyalahin gue terus, hah!" Arin mencekram sebelah kerah Deren.

Sontak saja para pegawai di sana mendekat menarik Arin, mencoba menghentikan pertengkaran itu. Hanya ricuh yang terdengar bersahut-sahutan.

"Lo berdua apaan sih!" hardik Zaky salah satu pegawai perusahaan karsa, tugasnya sebagai pencari data para klien yang diincar oleh perusahaan itu.

Bahu Arin ditahan oleh beberapa orang di sana agar tidak kembali menyerang Deren.

"Lo yang nggak berguna Deren, lo cowok tapi sikap lo kayak cewek. Seharusnya lo yang mimpin bukan Soza!" hina Arin jarinya menunjuk-nunjuk Deren.

Rahang Deren mengeras, terlihat menggertakkan giginya. "Kalo lo bukan cewek, udah gue hajar dari tadi!"

"Tapi gue ngomong berdasarkan fakta," seru Arin kembali, tampaknya ia tidak mau kalah.

Kesabaran Deren sudah pada tingkat akhir, ia maju secara cepat. Namun sebelum perkelahian terjadi, Zaky berdiri di antara mereka, mencegat Deren dan Arin yang sama-sama memberontak.

Adu mulut tak bisa terhindarkan.

"Mulut lo lemes banget tau nggak!!!" teriak Deren.

"Lo tuh bencong! Beraninya sama cewek!"

Ruangan itu ricuh, namun mendadak hening ketika seseorang masuk. Gerakan mereka semua membeku.

***

Rutinitas baru Soza; memasak dan menyuapi pria berkedudukan tinggi berperilaku balita.

Sepanjang bunyi gesekan sendok goreng dan panci itu, Soza terus merutuk dalam hati. Ia curiga apakah transmigrasi jiwa telah menyerang? Pasalnya sikap pria itu di luar nalar.

Mencuri Hatimu! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang