13. Sisi Lain

280 38 7
                                    

Apa kabar, jok?

***

Soza menjabat tangan kedua orang yang sudah resmi menjalin kerjasama dengan perusahaan Karsa, senyum manis terbit di wajahnya yang indah.

Tanpa perlu menjelaskan seluruh keuntungan yang didapat jika berkerja sama, mereka terlebih dahulu setuju dan melakukan penanda tanganan. Mungkin ini keuntungan memaparkan seluruh wajahnya.

Perempuan itu kembali duduk saat investornya telah pergi, jemarinya gencar menari-nari di atas keyboard laptop.

Perusahaan Karsa menduduki puncak kejayaan dengan investor menyentuh angka ratusan.

Berikut profil lengkap perusahaan Karsa yang memiliki puluhan anak perusahaan.

Saham perusahaan milik Damato Karsa naik drastis semenjak empat tahun terakhir.

Saham perusahaan jatuh bebas, perusahaan Versona milik Ganir terancam bangkrut.

Sudut bibir Soza terangkat membentuk seringaian, ada kebahagiaan yang tiba-tiba menjalar di hatinya ketika membaca beberapa artikel di portal berita, terlebih lagi pemberitaan tentang perusahaan ayahnya. Tujuan utamanya bergabung dengan perusahaan Karsa sudah tercapai.

"Kalo bunuh orang nggak berdosa, udah gue lakuin dari dulu," cicit Soza lalu menyesap cappucino kesukaannya.

"Lo mau bunuh siapa?"

Mata Soza membelalak ketika menatap Arega yang sudah merunduk di sebelahnya, untuk saja ia tidak menyembur pria itu.

"Bisa jangan mengusik gue lagi?"

"Nggak bisa." Arega menopang tangan di kursi yang Soza duduki. "Kenapa nggak pakai masker?"

Untuk kesekian kalinya, telinga Soza dijejali pertanyaan yang sama. Alisnya mulai menekuk, menatap pria itu nyalang.

Soza bergeming, ia buru-buru mengemasi laptop dan dokumen di atas meja.

"Tunggu!" Pria itu menghalangi jalannya, suaranya yang cukup kencang menarik atensi pengunjung Cafe. "Dagu lo kenapa?" tanyanya.

Jemarinya hendak menyentuh dagu Soza namun tatapan perempuan itu mengintimidasi, membuat gerakannya terhenti.

"Ayo gue obatin."

"Nggak usah sok akrab."

Langkahnya hendak menerobos kurungan Arega, namun pria itu beralih mencengkram bahu Soza menciptakan sedikit pemberontakan dari perempuan itu.

"Tunggu sebentar aja." Pria itu menundukkan kepala menatap memar di dagu Soza.

Detik kemudian raga Soza membeku, namun jantungnya memompa dengan cepat.

Ia merasakan benda kenyal menyentuh dagunya, meninggalkan desiran hebat di hatinya.

Soza menatap Arega yang menjauh secepat cahaya. Pergerakan mereka sedari tadi tidak lepas dari para pengunjung.

Anj, kalo bukan tempat umum udah gue cabut paksa jiwa lo

***

Mencuri Hatimu! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang