Temaram lampu jalanan memberikan kesan eksotis saat dua insan berada di bawahnya. Malam memanglah gelap tapi saat ini Arega merasa bahwa suasana begitu cerah, secerah hatinya. Boleh jadi, perempuan yang berada dalam gendongannya ini mulai memahami rasa suka.
Entahlah....
Tapi permintaannya berhasil membuat senyum terpatri sempurna menghiasi wajah tampan Arega.
"Masih pusing?" Arega akhirnya bertanya setelah beberapa menit yang lalu mereka meninggalkan klinik. Sorotnya ke samping, jatuh pada wajah Soza yang bertumpu di bahunya.
Soza menggeleng, sedari tadi hanya menutup matanya--menyesali permintaannya sendiri.
"Mau pulang, digendong sama lo." Demikian permintaan perempuan itu dan sukses membuat Arega kegirangan bahkan langsung memberikan senyum mengejek pada Ravon yang berada di klinik tadi.
Tidak bisa dipercaya, tapi inilah faktanya.
"Nggak mau tidur di rumah gue aja?"
"Nggak usah...." Soza menjawab pelan suaranya terdengar lemah, rasa kantuk dan pusing menyerangnya secara bersamaan.
Tapakan kaki Arega bersahutan tanpa jeda, pria itu semakin mempercepat langkahnya. Klinik itu hanya 500 meter dari rumah Soza.
"Lo suka sama gue, Za?"
"Nggak."
"Terus ini namanya apa?" Arega mengerjap, jelas ada harapan dihatinya bahwa status mereka lebih jelas. Atau langsung saja berstatus suami-istri?
Soza menenggelamkan kepalanya, mencari kenyamanan. "Gue nggak tahu, pusing."
"Bentar lagi sampai, sabar ya...."
Berikutnya hanya ada angin malam yang berembus pelan disertai bunyi gesekannya. Hanya beberapa menit, sampailah mereka.
"Kunci Za?" Masih dalam gendongan lelaki itu, Soza merogoh sakunya memberikan benda yang terbuat dari besi itu.
Aroma apel seketika menyeruak ketika pintu dibuka, aroma yang menjadi favorit Soza dan sang ibu. Soza menarik nafasnya dalam-dalam, begitu menenangkan baginya.
"Udah di sini aja," pinta Soza saat Arega hendak masuk lebih dalam, bahkan menuju kamarnya. Perempuan itu turun, mendongakkan kepalanya pada Arega yang menatapnya lekat. "Makasih, Ega...."
Arega melipat bibirnya berusaha menahan tawa. Soza terlihat sangat manis dan lucu diwaktu yang sama, rasanya Arega ingin menjilati pipi perempuan itu. Ingin sekali!
Dia menunduk untuk lebih dekat pada Soza, Arega memberikan beberapa obat-obatan yang disakuinya sedari tadi. "Jangan lupa minum obat, biar nggak nyeri lagi."
Soza mengangguk pelan, tapi di mata Arega perempuan itu seperti anak kecil yang sedang dinasehati orang tuanya.
Arega menegakkan posisinya, tapi tatapannya tetap fokus hanya pada perempuan itu.
"Kalo ada apa-apa panggil gue, Za. Jangan keluar rumah sendiri lagi, besok nggak usah kerja dulu, jangan begadang. Oke?"
Terbengong, Soza menatap tanpa kedip ia hanya mengulum senyum tipis.
"Oke sayang?"
"Iya-iya. Udah sana pulang."
Arega memanyunkan bibirnya, "yah ... pengen nginap di sini bo--"
"Nggak!" Soza menyela dengan cepat, dia mendorong pelan badan Arega agar keluar dari kediamannya.
"Nggak mau makan dulu sayang? Aku bisa masakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencuri Hatimu! (On Going)
Teen Fictionᵁⁿᵗᵘᵏ ᵃᵖᵃ ᵐᵉⁿᶜᵘʳⁱ ʰᵃᵗⁱᵐᵘ ʲⁱᵏᵃ ʰᵃᵗⁱᵏᵘ ˢᵃʲᵃ ˢᵘᵈᵃʰ ᵏᵘᵇᵘⁿᵘʰ Soza Arunika menjalankan tugasnya sebagai pengincar klien di Perusahaan Karsa. Bukan hanya dengan diskusi, terkadang Soza bersama timnya menculik para klien yang melakukan penolakan. Namun, tan...