⸸ - 13

240 72 50
                                    

⚠︎ part cukup panjang tidak seperti biasa ⚠︎
[ 858 word ]


pemilihan jujur atau mati dalam game dimulai begitu putaran botol kaca yang di isi pisau lipat berhenti menunjuk kearah lino.

seperti yang hyunjin duga—han berancang-ancang menjebak pemuda lee dengan pertanyaan.

"truth."  ucap lino yang memang harus demikian jika masih ingin hidup.

jelas han lah yang langsung memberi pertanyaan, "ngapain lo keluar kos pas malam rabu?"

malam rabu adalah malam dimana hyunjin dan yeji pertama kali datang ke daerah tersebut.

"eh? mau kemana emang kak lino keluar malam-malam?" jeongin pula ikut bertanya. dasar si tukang ikut campur.

"malam rabu ya..." lino mengingat sejenak sambil melihat ke udara. "ohh gue malam itu ke tempat anak cewe. chaeryeong minta tolong kamar kosnya ada masuk ular. ya jadi gue buru-buru dateng terus kita ke hutan buat buang itu binatang disana."

hyunjin menangkap secelik karangan dari jawaban lino. namun rupanya tak sampai situ— ia punya bukti riwayat chat chaeryeong yang ditunjukkan ke han.

disana terpampang jelas pesan chaeryeong yang meminta tolong pada lino. suasana hening beberapa saat ketika han menjadi diam tak berkutik.

"mang kenapa?" han sontak menggeleng lalu menyuruh semua pemain melupakannya.

disamping hyunjin, terdengar suara jeongin yang tertawa cekikikan ga jelas. gila, psikisnya memang terganggu.

botol kembali diputar oleh jeongin dan coba tebak kearah mana benda itu berhenti? han jisung terbelalak ketika sekarang adalah gilirannya untuk menjawab.

"kak jisung ..." suara jeongin yang memanggil han terdengar . "dimana ayah kakak sekarang?"

"what?"

bahkan pertanyaannya sama sekali tidak bermutu. hyunjin menguap—semakin lama permainan ini terasa membosankan.

"ayah gue ya kerja lah." jawab han tanpa ragu.

"ayah kandung kakak."

seluruh atensi menoleh pada jeongin lalu hyunjin melirik han yang rautnya mulai berubah 90° . mengurusi hidup oranglain itu bukan hobi hyunjin—tapi sepertinya ini akan seru jika berlanjut.

menegakkan badannya, hyunjin memperhatikan han yang berusaha menetralkan sikap.

"ayah kandung gue?" han melirik kearah felix sekilas. "dah mati."

"ohh."

kini seungmin yang memutar dan botol itu beralih menunjuk felix.

"apa rahasia terbesar kak felix?" tanya jeongin lagi.

rasanya hyunjin perlu tahu apa motif jeongin membongkar aib seluruh pemain game sialan ini.
beberapa menit berlalu, felix terus bergeming—namun disisi lain, han kembarannya membuat raut tak suka terhadap pertanyaan jeongin.

"gue gapunya rahasia sih,"

"masa sih kak?"

"he'em"

"tiap manusia kan pasti pernah nyembunyiin sesuatu. masa iya kak felix ga ada?" nada bicaranya seperti menuntut.

"iya gada."

"tapikan—

"heh bocah dukun, kalo dibilang gada ya gada! kepoan amat sih lo jadi manusia? yongbok gapernah nyembunyiin apa-apa dari dunia, sama sekali nggak!"

kondisi jadi semakin seru ketika malah han yang merasa tak terima sang adik dipaksa menjawab pertanyaan yang tidak dia tahu jawabannya.

hyunjin amati sikap han lebih dalam—dari gelagatnya barusan, terlihat bahwa dirinya lah yang mempunyai banyak rahasia. barangkali itu alasan, jika posisinya adalah sebagai felix sekarang—maka ia akan sangat enggan untuk jujur.

"ohh gitu ya kak.. eum, kalo gitu kak felix uda siap mati kan?"

mereka tidak boleh lupa dengan konsekuensi jika enggan jujur di permainan ini.

"hah?"

sembari mengeluarkan benda tajam dalam botol itu, jeongin menyeringai. anak itu mulai bergerak kearah felix namun sesaat lino buka suara membuat aksi gilanya terhenti.

"dalam permainan sederhana, gak ada konsekuensi yang bisa buat nyawa pemainnya melayang, jeongin."

kalimat itu membuat sang lawan menoleh kearahnya tajam. lino tetap duduk santai membalas tatapan jeongin datar tanpa emosi.

"ohh begitu ya kak lino . . ."

atmosfer disana buat hyunjin bergidik kala lino dan jeongin saling mengadu pandang. ditengah-tengah itu, ia memilih tidak ikut campur beralih mengeluarkan hp dari saku baju melihat notifikasi pesan yang muncul 25 menit lalu dari yeji.

kembari hwang 😜

| hyunjen
| gue ga lolos wawancara :(
| ini mau ke resto buat ngelamar
disana aja ☺️
| wish me luck ;)

menyedihkan sekali memang hidup ini. naluri hyunjin merasa iba dan mulai kembali merutuki diri seraya mengusap wajah gusar. tanpa sadar truth or die sudah kembali dimulai—botol telah diputar—dan jatuh kearahnya.

disamping hyunjin, diam-diam manik lino terus mengawasi.

"giliran lo jin." ucap lino buat hyunjin mendongak.

"hah? oh, ya apa pertanyaannya?"

"kak hyunjin kenapa ya semenjak dateng kesini tuh mukaknya kaya ga mood" pertanyaan jeongin membuat pasang mata hyunjin membesar. jadi selama ini sikapnya terus diamati?

"lagi punya masalah?" lino ikut bertanya. "kalo iya jujur aja, 100% kita bisa bantu." kalimat lino terdengar serius.

"gue sebenarnya.." agak ragu mau jujur, hyunjin memandang layar ponselnya. "butuh pekerjaan."

"kasian kalo cuma yeji doang yang kerja."

"kenapa ga bilang dari awal?"

"hah?" hyunjin menatap lino. dia benar-benar membuktikan kalimatnya?

lino menoleh ke seungmin, "min. katanya di cafe lo open member shift siang, betul ga?"

"eh—tau darimana?" tanya seungmin heran. "iya kok bener ada, lagi butuh waiters soalnya kalo malam sabtu rame. tapi kalo hari biasa, sepi."

pertanyaan itu dijawab lino dengan tersenyum tipis "tawarin ke hyunjin sabi kali. jadi jin, lo mau ga?"

"gimana ya.. tapi gue belum punya pengalaman kerja." ujar hyunjin. "gue juga kurang cekatan."

"nanti kalo dah terbiasa pasti bisa. nanti pasti diajarin." ucap lino pengertian. hyunjin jadi tersentuh.

"eum.. ga mesti ada pengalaman juga, fresh graduate bisa kok, jin." sambung seungmin.

"gimana?"

sejujurnya hyunjin masih merasa malas. tapi oh ayolah, bersihkan iblis pemalas dari tubuhnya sekarang ini. kalau begitu—

"iya mau! gue mau!"

— • —

4. satisfaction offer ⛧ hwang hyunjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang