jangan tanya hyunjin kemana lino membawanya. karena—bahkan lino sendiri pun tidak tahu kemana mereka melangkah saat di tanya. pemuda lee itu bilang untuk menikmati saja panorama alam pagi yang sejuk di daerah sana.
"nanti juga ga bakal terasa tiba-tiba udah balik ke kos aja." begitu katanya pada hyunjin tadi.
"singgah ke warung dulu, gue haus." ujar lino saat mereka sampai di depan kedai rancik yang atapnya tertutup jerami lupuk.
hyunjin langsung ambil posisi duduk diatas bangku yang tersedia di teras kedai. berjalan kaki setengah jam mengelilingi desa ini cukup membuatnya penat lantaran belum terbiasa. sungguh, bagi hyunjin semua itu hanya akan buang-buang energi dan waktunya saja.
membiarkan lino bercakap-cakap sebentar dengan si pedagang—hyunjin menidurkan kepalanya sebentar ke atas meja.
hingga tak lama dapat ia rasa, kursi di balik meja hadapannya tengah di duduki seseorang.
hyunjin pikir lino—tadinya.
"jogging pagi bro?"
tapi nadanya berbeda. orang itu bukan lino. namun seorang pengunjung pria selain dia dan lino. hyunjin mengangkat kepala, melihat si pemilik suara yang datang mengajaknya bicara.
"huh?" saut hyunjin.
"habis jogging?" ulang pria asing itu bertanya lagi.
mencari keberadaan lino—hyunjin membalik setengah raga dan ternyata pemuda lee itu masih asyik mengobrol dengan pedagang kedai disana.
"ya, begitulah."
bisa dibilang tampang pemuda asing itu cukup lumayan seperti hyunjin. perawakan yang terlihat naif seperti remaja pada umumnya—dengan ramah menyungging senyum pada hyunjin lalu mengulur tangan.
uluran tangan itu sudah jelas dimaksud untuk berjabatan. hyunjin menatap beberapa saat lengan kanan pemuda itu yang di hiasi oleh tato pentagram terlukis kepala kambing di titik tengahnya.
"choi soobin dari distrik sebelah." katanya memperkenalkan diri.
tanpa ragu hyunjin langsung membalas jabatan itu, "hwang hyunjin. gue baru pindah kesini semalam."
"semalam? awal banget lo keluar-keluar. tapi ga apa, sosialisasi."
hyunjin hanya mengangguk. bagus. interaksi yang cukup bagus. entah kenapa, moodnya cukup baik kala berhadapan dengan orang ini.
namun—
srek!
"tsk—holy sshh.."
hyunjin meringis perih ketika aksesoris jari yang dipakai soobin melesit tajam menggoser sedikit kulit ibu jarinya.
"fakh, sorry sorry bro. ah cincin gue emang rada tajam pinggirnya, aduhh big sorry ya—serius gue ga sengaja." cemas pemuda itu segera mengeluarkan sebuah tissue dari saku lalu diarah untuk membersihkan setetes darah yang keluar dari luka jari hyunjin.
persetan dengan alasan itu.
"ehh, biar gue bantu bersihin—
"jangan sentuh temen gue."
kedatangan lino dengan kalimat itu membuat hyunjin menoleh, begitupula soobin yang kini ditatap tajam oleh mata elang lino sendiri.
hyunjin lirik, soobin menyinggung senyum ramahnya lagi.
"eh, bang lino .. jadi ini temen lo ternyata" ujarnya.
"iya, dia masih baru disini, jadi gue harap jangan coba-coba lo jerumusin juga."
satu kata yang terselip membuat alis hyunjin bertaut bingung. “jerumusin” apa maksudnya?
soobin malah tertawa kecil, "santai aja kali, gue cuma ngajak kenalan doang tadi."
"ohh kenalan? emang hyunjin mau jadi temen lo?" lino bertanya sambil tersenyum. hyunjin tidak mengerti, ekor matanya melirik wajah soobin yang tampak memerah tiba-tiba.
"omong-omong bin, dua hari yang lalu gue habis makan sate kambing. di rumah masih ada sedikit, lo ma—
"konsumsi aja terus semua hidangan busuk yang lo punya."
kemudian pemuda choi itu beranjak dari tempatnya dan pergi keluar dari kedai meninggalkan hyunjin dengan banyak tanda tanya, serta—lino yang tiba-tiba tertawa sinis di tempat.
sebenarnya apa maksud mereka berdua?
— • —
| choi soobin |
KAMU SEDANG MEMBACA
4. satisfaction offer ⛧ hwang hyunjin
Horrormaukah hyunjin bergabung dengan mereka? tw || offensive word , lowercash , religion , dark romance , blood , worship of god , satanic nation ⸸ ⁶⁶⁶ [ march end ] Antonym Satanic Paradise 4/8 pemuda di lindungi Tuhan.