⸸ - 19

202 71 31
                                    

"welcome in our hell ..."






























kala itu, hyunjin telah menjadi pusat perhatian para sejasad manusia yang berada dalam kesesatan.

bukan tatapan yang memandang rendah atau sinis terhadapnya, melainkan tatapan layaknya sesama saudara.

itulah yang hyunjin dapatkan disana.

di dalam tempat terkutuk yang para orang-orang suci juluki seperti neraka— menurutnya ini lebih pantas disebut surga ketimbang kau berada di dunia luar.

mengapa? karna hyunjin dilayani dengan baik oleh mereka disini.































"saudaraku, perkenalkan ini hyunjin." seonghwa memublikasi dirinya ke beberapa pria dan wanita yang duduk di satu lingkaran meja.

seorang gadis jelita dengan highlight putih dibawah matanya menyungging seyuman kagum, pada hyunjin. "wah, temanmu ganteng yaa.."

ah, terimakasih. sejujurnya hyunjin cukup lelah menerima pujian semacam itu dari dulu. namun ia masih saja salah tingkah. gadis cantik itu menghampirinya, dengan lancang tangannya mengusap lembut air peluh yang mengalir di dahi hyunjin— sambil terus menatap dengan penuh godaan.

sambil tersenyum kikuk, hyunjin menunduk sopan kepada teman-teman seonghwa.

"dia mau gabung?" suara lelaki dibelakang gadis itu, ia bertanya pada seonghwa atas kedatangan hyunjin.






























"belum. dia cuma gue ajak lihat lihat"

lelaki itu ber'oh ria sambil mengangguk, lalu mengulurkan tangannya, "gue jongho. salam kenal."

lantas hyunjin membalas jabatan tangan itu dan disusul pula oleh para lelaki lain yang juga antusias ingin berkenalan dengannya.

mengisi waktu luang dengan saling bertukar cerita selisih topik tentang jatidiri dan keseharian masing-masing. lambat laun, hyunjin mulai merasa kenyamanan lebih dalam disana.

"omong-omong teman kita hyunjin, sekarang lagi didatangi musibah."

diluar perkiraan, orang yang membawanya kesini ternyata mempunyai niat untuk berbagi cerita kesialan itu. suasana yang tadinya ramai jadi diam karna seonghwa.

karna itu hyunjin cuma bisa tertawa kecil melanjutkan, "biasalah ujian hidup gada habis-habisnya."

"si paling kudus emang demen ngasih beban, cuy. harus cepet cepet kiamat emang biar bisa kita basmi."

"ga heran. anugerahnya selalu jadi masalah."



























"maksudnya?" tanya hyunjin, antara paham dan tidak, dirinya kurang menangkap siapa yang mereka bicarakan.

seonghwa membuang nafas sambil merangkul hyunjin, dan membuka kronologi subjektif. "kejadiannya habis pulang dari gereja, gak kira-kira dia ketemu sama preman mana lagi yang dateng ke daerah tetangga. padahal uda pernah kita bilangin mereka buat jangan bikin ulah disana. tapi emang dasarnya nasib, mau ngelak pun bakal tetep kejadian."

hyunjin cuma bisa bungkam. tapi disisi lain ia setuju juga.

"jadi, kira - kira gue harap kalian bisa bantu seikhlasnya." lanjut pria itu membuatnya terkesiap.

"eh? anu, buat apaa.. engga, jangan—

"lo butuh berapa emang jin?" saut salah satu dari mereka, "bisa aja sih, nih gue ada segini. kalau yang lain gatau."

sepuluh lembar uang dengan nilai paling banyak, diletakkan keatas meja itu untuk hyunjin.
































"aku juga ada nih satu ikat." sambung wanita cantik itu turut menjatuhkan sumbangannya ke atas meja— sampai dilanjutkan oleh 3 orang lainnya yang menyedekahkan dana mereka untuk hyunjin.

bersikeras hyunjin menolak tapi tidak mereka dengarkan, sampai akhirnya seonghwa menyusun uang-uang itu jadi satu dan disodorkan ke hyunjin.

"gausah dibalikin, ini udah seikhlas hati kami sebagai temen buat saling bantu lo hyunjin. harus diterima, dan pokoknya gunain untuk kepuasan yang lo mau."

oh tuhan, bagaimana sekarang. hwang hyunjin semakin tertarik dengan kesolidaritasan para manusia ini.

— • —

— • —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
4. satisfaction offer ⛧ hwang hyunjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang