hyunjin berulang kali mengangguk paham setelah dituturkan pasal tugas apasaja yang dia lakukan dalam cafe itu oleh bangchan—yakni pria yang akan jadi partnernya sebagai barista dan juga sahabat karib seungmin. pekerjaan hyunjin terbilang mudah sekali. hanya sekedar mengantar pesanan ke meja konsumen lalu melayani mereka jika butuh sesuatu.
untuk soal gaji akan langsung diberi perhari atau perbulan tergantung seberapa banyak pelanggan yang datang kesana. dan itu adalah problemnya.
seperti kata seungmin, bahwasanya cafe hanya akan ramai pada waktu tertentu—jadi soal upah gajinya, hyunjin harus sesabar mungkin dan berdo'a saja untuk coffee mereka supaya laris manis setiap hari. kata bangchan.
usai seharian bekerja hingga pukul 9 malam—hyunjin diperbolehkan pulang oleh bangchan.
"puji tuhan, lumayanlah 10 pelanggan dateng ngopi. minta izin yaa hyunjin, segini aja buat hari ini." katanya, menyodor selembar uang biru pada hyunjin teramat sopan.
bangchan bersosialisasi dengan banyak orang-orang sesuai umur—namun tidak jika dia yang paling tua, hyunjin cukup merasa santai tatkala chan selalu menanggapinya ramah dan natural tanpa memandang statusnya yang masih junior/newbie.
merasa sungkan, hyunjin menolak, "makasih bang chan tapi upah ini kebanyakan buat gue kalo cuma nganter-nganter ke meja doang. jadi, besok besok aja gajiannya gapapa kok hehe"
"kapan gue bilang ini duit gaji?"
"loh?" hyunjin bingung, tangannya diraih chan meletakkan uang itu disana. "uang buat ongkos lo pulang. jangan kaya seungmin yang demen balik jalan kaki, rada gila emang. terima aja la, gue risih liat orang jalan kaki malam² mau itu cowo apa cewe."
"tapi—
suara loncengan pintu cafe berbunyi, seorang lelaki cantik berjalan masuk mengalihkan atensi hyunjin dan chan.
"nah kebetulan banget. yo, man! hyunjin kenalin ini temen gue, seonghwa."
hyunjin tidak habis pikir dengan perawakan bangchan yang murah hati nan ramah. sanking dermawannya lelaki itu meminta tolong pada karibnya bernama seonghwa untuk mengantar dirinya pulang sampai ke kos.
bukan berarti hyunjin tidak suka dengan tawarannya tadi—tapi yang benar saja?
yah, sudahlah. bagaimanapun setiap orang ada plus-minusnya sendiri-sendiri. untuk bangchan, mungkin minusnya adalah dia---terlalu baik.
melihat chan sudah telanjur mempercayakan tumpangan seonghwa berserta amanah sampai kerumah dengan aman sentosa—hyunjin yang jadi segan menolak, pada akhirnya pasrah mengiyakan.
"maap ya bang jadi ngerepotin." ujar hyunjin yang sudah duduk diatas jok motor seonghwa.
nampaknya gelagat lelaki itu rada ikhlas–ga ikhlas menolong, itu sebabnya ia tau diri, jadi minta maaf.
"anggap aja tumpangan gue rezeki buat lo." balas seonghwa yang fokus berkendara.
nah, bak kata nenek-kakek yang selalu hyunjin pegang erat—namanya rezeki tak baik ditolak. kalau soal uang dari bang chan tadi—hyunjin cuma gaenak aja, tapi ujung-ujungnya juga dia terima.
"kos lo bareng ama seungmin kan?" tanya seonghwa cukup kuat lantaran mereka sedang melintasi jalan ramai.
"bener bang, tapi gimana ya--gue rada lupa sama jalan kesana, baru pindah soalnya."
"santai aja, gue tau kok. kebetulan daerahnya tetanggaan sama desa gue."
hyunjin menggaruk tengkuk, "oohh. btw lo temennya seungmin juga bang?"
sekitar 1 menit— bukan berarti seonghwa tidak mendengar, tapi hyunjin rasa lelaki yang fokus menyetir itu sedang berpikir sebelum menjawab pertanyaan.
namun mengapa harus berpikir lagi? tinggal jawab spontan apa susahnya.
"ya bisa jadi kita temen."
— • —|bang chan & park seonghwa |
KAMU SEDANG MEMBACA
4. satisfaction offer ⛧ hwang hyunjin
Terrormaukah hyunjin bergabung dengan mereka? tw || offensive word , lowercash , religion , dark romance , blood , worship of god , satanic nation ⸸ ⁶⁶⁶ [ march end ] Antonym Satanic Paradise 4/8 pemuda di lindungi Tuhan.