⸸ - 17

215 70 50
                                    

"habis dibegal preman siang mana sampe babak belur gini??"

masih ingat, oknum murah hati yang mengantar hyunjin pulang dari cafe saat itu?

benar, lelaki bernama seonghwa— teman bang chan kini muncul dihadapannya dengan ekspresi terkejut, bingung, dan khawatir. segera membantu hyunjin beranjak.

buat repot saja. padahal kondisi hyunjin tidak sampai kritis. seonghwa hendak menggotong tubuhnya untuk digiring berjalan, namun langsung saja ia tolak.

"ssshh, gue ga apa-apa bang, masih bisa jalan sendiri. cuma luka ringan juga.."

"yakin? duduk dulu aja sini, lo masih ngeringis gitu berarti masih nyeri." saran lelaki itu.

memang. itu juga sebenarnya alasan hyunjin menolak diajak berjalan. keduanya memutuskan rehat diatas batu pinggir jalan gang, namun detik kemudian hyunjin teringat kalau yeji tengah menunggunya di kos.



























"ergh..." kembali ia mengerang saat memaksa untuk berdiri.

melihat itu, seonghwa dengan sigap menahannya, "udaah, sini aja dulu bentar sampe agak mendingan. sibuk ngapain sih lo emang? lagi weekend juga."

"pinjem hp lo boleh ga? mau ngechat saudari gue." pinta hyunjin yang tak cukup sulit seonghwa kabulkan.

"oh iya, ini-- punya lo bukan?" hyunjin melirik liontin salib miliknya sudah dia buang tadi malah berada ditangan seonghwa.

persetan, hyunjin tak menginginkan lagi aksesoris sialan itu.

"bukan." jawabnya bergeleng kecil. tak banyak tanya lagi, seonghwa hanya mengangguk pelan.

"omong-omong lo habis darimana?"

"gereja, tapi percuma aja. bukannya berkah yang gue dapet malah ujian hidup lagi, shit." sarkas hyunjin.


























alih-alih memandang sinis, lelaki yang mengajaknya bicara itu tersenyum penuh arti, kemudian menepuk pelan bahunya.

"hati-hati, lo bisa jadi semi pembangkang Tuhan juga kaya gue." pengakuan seonghwa yang tak terlalu hyunjin pedulikan karena bukan urusannya.

ia memilih lanjut berkeluh kesah, "gue cape hidup miskin .. cape banget, gue cape liat yeji kerja buat gue yang ga tau diri, gue cape sama semua hal yang gue jalanin sekarang kaya dulu lagi."

"lo mau hidup enak?" tanya seonghwa yang membuat hyunjin meliriknya singkat, "jelaslah mau."

senyuman miring terukir diwajah, "mau hidup enak kan harus ada usaha—

hyunjin berdecak langsung menimpal, "yaiya, gue tau!"

manusia hanya ingin hidup nikmat, tapi dengan usaha yang tak seberapa. begitu kan maksudnya? kemudian sang kuasa yang jadi pelampiasan mereka. seonghwa tahu itu.

"gue juga kaya lo dulu, sebelum akhirnya bebas."


































hyunjin menghela nafas kasar, beralih menjatuhkan pandangannya ke pria yang menyambung percakapan tidak hyunjin paham.

"bebas gimana? ck ga nyambung."

seonghwa langsung terkekeh sendiri atas respon hyunjin yang mulai kesal dengannya. ya ampun.. dia lupa kalau lelaki ini tak bisa diajak mengobrol dengan kalimat yang bermakna.

"hidup nikmat, bebas, dengan cara tersesat adalah usaha yang gue lakuin."

"..."

pria itu kemudian beranjak bangkit, lalu mengulurkan tangannya ke arah hyunjin.



















































"berminat ikut gue sebentar? hwang hyunjin."

— • —

— • —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
4. satisfaction offer ⛧ hwang hyunjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang