Salken Queena

55 5 0
                                    


"Jendra, nama panjang lo siapa? Sekalian tanggal lahir lo, eh sama absen lo berapa? And punya crush nggak lo?" tanya panjang lebar Queena.

"Lu mau jadi tukang kasir resto? Stop tanya ke gua" balas Jendra yang sudah kesal dengan Queena.

"Kesel kesel gini juga suka kan?"

Jendra berdecak dan segera pergi dari Queena yang sibuk cerewet.

Jendra berjalan menuju keluar kelas nya. Rencana nya ia akan pergi ke kantin.

"Jen, maaf yang tadi. Tapi plis minimal jawab singkat dong" ucap Queena mengikuti Jendra. Bahkan saat ini ia sudah di samping Jendra.

"ulangi pertanyaan lu"

"Jendra, nama panjang lo siapa? Sekalian tanggal lahir lo. Sama absen lo berapa? punya crush nggak lo?" ulang Queena dalam satu tarikan napas.

"Raditya Jendra Yani, dua tiga april, absen dua puluh enam, tidak" balas Jendra sambil berjalan. Queena hanya mengangguk paham.

"Thanks Jen, btw lu mau kemana?" tanya Queena. Sedangkan Jendra hanya terdiam melihat Helmi yang sudah di depan nya.

Queena menggenggam erat tangan Jendra untuk pergi dari Helmi namun yang ada Jendra menggenggam balik tangan Queena dengan keras.

Queena yang tau maksud Jendra segera menuruti nya.

Eh si Helmi caper dah
Omg seriously Helmi pick me
Bukan pick me, tapi caper
Eouh, Jendra ngak pantes temenan sama dia
Cuh, najis gua liat nya
Dia kan bunuh Wanda, tapi malah si Wanda koma
Hah! Gila nyakitin sahabat nya sendiri

"Jen, sabar" ucap Queena sambil berbisik

Bughh

Bughh

Bughh

Loka memukul Helmi hingga jatuh di lantai.
Bibil mungil milik Helmi meringis akibat pukulan Loka.

Loka menarik kerah baju Helmi kasar
"GILA LU!? GUA UDAH PERCAYAIN LU TAPI ELO NYA GINI!?! NYARI RIBUT LO! DIA SAHABAT KITA DARI KECIL BEGO!?! DASAR PSIKOPAT" teriak Loka, bahkan adiksi seuruh murid di sekolah sudah tertuju pada nya.

Jendra mendorong Loka untuk menjauh dari Helmi "Gua saksi mata bahwa Helmi nggak salah, cukup. Tunggu aja Wanda bangun dari koma nya. Semua nya akan terungkap"

Loka yang sudah kesal langsung pergi menuju ke lapangan marathon. Sedangkan Helmi hanya membeku.

"Nggak usah di pikirin Helmi, lu ngak salah gua tau itu"

Jendra berusaha menenangkan Helmi, ia memeluk Helmi. Bahkan menyuruh seluruh murid yang melihat nya menjauh dari mereka.

Helmi berusaha menahan tangisan nya. Namun, Jendra malah membikin nya menangis dengan cara menepuk nepukan tangannya pada pundak Helmi. Terdengar biasa saja, tapi menurut Helmi itu bisa membuat nya menangis. Queena pun mengalah dengan Helmi. Ia menjauh dari Jendra dan Helmi.

"Queen, gimana tadi Jendra? Mesti dukung si psikopat dari sebelas mipa tiga ya?" tanya Sisi kalau tak salah nama nya.

"Helmi nggak se psikopat itu sih. Lo aja yang lebay!" balas Queena sambil mendorong pelan tubuh Sisi.

"cari tau informasi nya, ntar tau nya Helmi ngak salah kan malah malu maluin nama kelas kita, terutama nama lo" Queena menunjukkan senyum smirk nya tanda kemenangan sebab Sisi tak menjawab perkataan nya.

Di sisi lain Jendra membawa Helmi menuju mainan anak. Memang sekolah mereka ada mainan anak di dalam nya, tapi jarang sekali ada yang kesana karena lumayan jauh dari gedung sekolah.

Our best story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang