Keajaiban, tapi

51 5 0
                                    


Tepat saat itu. Sangat megejutkan Xiao akan menembak Naufal tapi? Peluru nya telah habis. Sungguh lelucon aneh.

Xiao yang sudah kumat tak tinggal diam, ia mengeluarkan pisau tekuk yang seperti nya baru ia beli. Pisau itu tertunjuk pada perut Naufal.

Xiao maju dengan teriakan nya yang kuat, sedangkan Bi Tiwi menutup wajah nya supaya tak melihat kejadian mengerikan itu dan Clara berusaha mencegah nya.

Darah yang menetes satu persatu pada lantai. Tapi bukan darah dari perut Naufal, melainkan tangan Naufal.

Ctakk

Clara memukul Xiao dengan ikat pinggang nya. Membuat Xiao makin marah.

Tepat pada saat Xiao lengah, senjata pistol dan pisau itu telah mereka ambil. Tak ada lagi senjata di tubuh Xiao.

Saat ini giliran Bi Tiwi yang melemparkan sandal jepit pada wajah Xiao. Merah dan panas yang di rasakan Xiao saat ini. Namun tak seberapa, lebih parah lagi luka Naufal dan Anggita.

"Kau harus menerima nya lebih dari itu!" teriak Clara.

"Halo untuk polisi segera menuju rumah sakit Mentari di depan ruang operasi. Karena ada tindakan percobaan pembunuhan. Untuk bukti ada di cctv ya pak" ucap santai Clara dan mematikan sambungan telepon itu.

Xiao yang mencoba kabur, tapi nihil. Ia sudah tertangkap basah oleh satpam yang sedang bertugas.

"Oh kamu ya yang membikin keramaian? Enak nya di hukum apa ya?" Tanya satpam itu sambil menggeret Xiao.

Untung saja polisi pada saat itu datang dan jarak polisi dengan rumah sakit itu sangat dekat. jika tidak entah apa lagi yang harus di lakukan mereka.

Pusing, lemas, tak kuat menahan badan itu yang di rasakan Naufal saat ini.

Brukk

"Raditya Jendra Yani keluar!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Raditya Jendra Yani keluar!"

Pukul 09.00 pagi, Jendra tengah belajar dengan asik nya sambil mendengarkan lagu. Tapi ada yang mengusik nya. Si adam pun dengan keadaan lesu berjalan keluar.

"Jendra, kamu terpilih jadi ketua karate di sekolah mu dan mewakili Indonesia dalam bidang karate mau nggak?" kini mata papa berbinar seperti kucing mengeong.

"What tingkat internasional!? Keren banget adek ku yang unyu ini!" Luna mencubit pipi Jendra karena gemas.

"Tapi, jendra baru aja di wakilin untuk sekolah dalam bidang seni, karena ngak ada yang mau" balas nya lesu.

"memang nya mana gambaran mu Jen?" tanya Luna yang tak percaya diri.

Jendra pun menunjukkan gambaran yang ia buat pada papa dan Luna.

Gelak tawa pecah dari keluarga kecil itu terkecuali Jendra yang masih polos kebingungan.

"Gambaran ceker ayam nek ini!" seru Luna sambil menunjuk gambaran Jendra yang bentuk nya manusia lidi seperti gambaran kak ros yang ada di upin ipin.

Our best story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang