Bab 26: Laut it's really different,

762 44 5
                                    

Assalamu'alaikum

Besi jeruji itu terus di dorong-dorong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besi jeruji itu terus di dorong-dorong.seakan, akan dibuka oleh polisi. Dari seberang jeruji wanita, 5 cowok yang berupa siswa terus menyumpal kedua telinga mereka dengan kedua telapak tangan mereka masing-masing. Sungguh berisik wanita itu!

"Woi Gavesha! Bisa diem kagak lu?!" Teriak Raka frustasi.

"Gue mau pulang!!" Sahut Gavesha.

Raka memutar bola matanya malas. Siapa sih yang tidak ingin pulang? Mereka semua yang ada didalam penjara juga ingin keluar.

"Diem mulut Lo! Dari semalam Lo nangis nggak karuan. Padahal gara-gara Lo makanya kita berlima di penjara,"

"Heh congor buaya! Kok Lo nyalahin gue?! Lo salahin tuh si Kamala bukan gue."

"Tapi Lo yang nyuruh kita berlima!"

"Siapa suruh mau?!"

"Lo nyogok kita anjir!"

"HEH KALIAN! JANGAN BERISIK!" Lontar sang polisi wanita melirik sinis ke arah jeruji wanita dan pria.

Gavesha bersender di tembok. Merenungi masa mudanya di dalam jeruji.

"Akan gue bales Lo, Kamala!" Geramnya sembari menghapus air matanya kasar.

....

Baginya bumi itu begitu cepat berputar hingga tidak sadar dunia sudah menua. Menuakan segala sesuatu didunia. Manusia zaman sekarang sudah rusak. Manusia zaman sekarang banyak yang munafik. Manusia zaman sekarang hanya bisa menyakiti hati Sesama Manusia. Manusia selalu tidak sadar bahwa kebaikan telah dimusnahkan dengan keburukan. Manusia hanya mampu meremehkan, mencaci maki, mendzolimi sesama manusia. Lidah mereka tak pernah puas berkata ini itu kepada sesama manusia, maka dari itu, banyak manusia yang membenci manusia.

Seperti seorang anak perempuan yang sudah sakit mental dari masih remaja SMP namun ditutupi dengan wajah biasa-biasa saja. Anak perempuan itu telah beranjak dewasa tetapi mengharuskan dirinya tetap baik-baik saja dan menyembuhkan mental tersebut dengan bantuan sang Ayah.

Luka mental itu tidak terlalu dalam tetapi selalu berdenyut-denyut ketika kembali melihat apa yang membuat mentalnya sakit dan terjatuh.

Kemarin memang ada seseorang yang memberikan dirinya untuknya, untuk menceritakan semua segala kesakitan yang ia miliki, namun secanggung itu berbicara dengan orang. Seseorang itu terlihat baik sekali dengannya sampai dirinya pun merasa risih, hingga sekarang ini.

"Jangan di masukkan ke dalam pikiran omongan saya yang dirumah sakit tadi. Saya nggak beneran mau cium kamu kok," jelasnya seseorang itu lagi agar ia tak salah paham.

Ia hanya menganggap penjelasan itu angin lalu.

"Manis... Kamu marah ya sama ucapan saya? Suer manis... Saya tadi cuma bercanda.

7 SAUDARA TIRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang