Bab 17: Dangerous Alkantara's?

965 64 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatu.
Yg GK jawab dosa! Bagi yang udah baca 7ST di cerita pertama yg di unpublish sekarang,dan beralih kesini. Mohon di vote juga ya yg sekarang, walaupun kalian udah baca bab² lainnya di cerita 7st yg lama.

 Mohon di vote juga ya yg sekarang, walaupun kalian udah baca bab² lainnya di cerita 7st yg lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jari-jari itu mengelus wajah didalam Poto tersebut. Rasa rindu mengelabui pikirannya.tak bisa seperti ini terus,ia ingin kekasihnya itu hidup kembali.

Bukan pertama dan kedua kalinya,namun ini sudah berpuluh kali mengingat akan kematian yang menimpa kekasihnya. Kata ibunya kekasihnya,itu salahnya. Dan ibunya sendiri pun mengatakan bahwa ia memang tak boleh dekat dengan siapapun,karena nyawa mereka akan menghilang.

Ia, Alkantara, percaya akan hal itu? Tentu tidak.

Mereka meninggal bukan karnanya. Namun, itu takdir maha kuasa. Siapapun yang pergi meninggalkan semua manusia dan dunia, itu bukan karna dirinya. Ia sendiri tidak punya kekuatan,tidaklah tuhan. Lalu mengapa jadi dirinya yang bisa mematikan tetapi tidak bisa menghidupkan manusia?

Aneh.

"Al, udah lah nak. Zahwa nanti ikutan sedih kalau kamu sedih terus," Kata Nada mengelus punggung Alkantara.

Alkantara yang biasanya seperti reog, namun kini bagaikan patung. Diam saja tanpa berbicara sepatah kata pun. Nada paling tidak suka jika anaknya sudah seperti ini.

"Sayang, masih ada perempuan lain diluar sana—"

"Ini bukan tentang perempuan lain atau nggak, Bu!"cetusnya tiba-tiba.

Kan, sesuai dengan dugaan Nada. Anaknya jadi susah lupa karena dekat dengan seseorang.

"Sudah berapa kali ibu bilang ke kamu,jangan terlalu dekat dengan orang apalagi itu perempuan. Kamu itu bahaya Alkantara.."

"Apasih yang bikin aku bahaya Bu? Apa yang di bahayakan? Apa Bu?!" Katanya mengalihkan perhatiannya kepada Nada.

Nada menghela napas.

"Kamu bahaya,Al."katanya mengulang kata tersebut.

Alkantara bukan cengeng. Tetapi,jika bersangkutan dengan kematian Zahwa karnanya tentu ia akan sedih,bahkan akan menangis. Seolah-olah kematian Zahwa memang ia lah yang membuatnya.

Alkantara mengeratkan genggaman terhadap Poto yang ia pegang. Kesal memenuhi hatinya. Ibunya selalu tidak menjawab jika ia bertanya apa yang bahaya di dirinya. Bagaimana ia akan menjauhi orang kalau alasannya hanya 'bahaya'? Jika bahaya, Semua orang juga bahaya bukan hanya dirinya.

Air bening keluar dari kelopak mata Alkantara. Sudah lama ia tahan dan sekarang kekesalan itu membawa dirinya menjadi menangis.

"Al, saat ini ibu belum bisa jelasin apa yang bahaya di diri kamu. Namun, rata-rata jika seseorang yang terlalu dekat dengan kamu, mereka akan mati."

7 SAUDARA TIRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang