Bab 42: go...

492 36 3
                                    

Assalamu'alaikum.
Hargai karya orang.
Vote dan komen.

"Agavin, Agra, Abiyasa, Akhasa, Kamala!" Panggil Arzan dengan suara yang meninggi agar adik-adiknya berkumpul di ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Agavin, Agra, Abiyasa, Akhasa, Kamala!" Panggil Arzan dengan suara yang meninggi agar adik-adiknya berkumpul di ruang tamu. Setelah semuanya berkumpul di ruang tamu. Kini Arzan kembali bersuara.

"Maaf membangunkan kalian pagi-pagi buta, Abang cuma mau ngasih tau kalau hari ini Abang  ingin pergi ke Swiss."

"Sama?" Tanya Agra.

"Asisten pribadi, beserta sekretaris."

"Ngapain?" Giliran Agavin bertanya.

"Ada bisnis di luar negri. Gapapa, Kan?"

"Gapapa." Balas mereka semua.

Arzan mengangguk atas balasan dari adik-adiknya. Semoga salah satu dari mereka tidak ada yang membocorkan alasan ia pergi ke Swiss tiba-tiba kepada Kamala. Yang tahu alasannya itu hanya adik-adik kandungnya kalau Kamala tidak. Sengaja ia rahasiakan dari Kamala agar adik perempuannya itu tidak meminta ikut ke Swiss dengan alasan ingin membantu mencari jasad Alkantara.

"Oh ya, hari ini masih nggak mau sekolah?" Tanya Arzan menangkup wajah Kamala. Kamala menggeleng. "Kenapa, dek?"

"Masih ga siap,"

"Mala, mau siap gak siap kamu harus tetap sekolah. Senin depan kamu udah ujian kelulusan, gimana kalau ketinggalan materi?"

"Gak sekolah bukan berarti gak belajar. Nanti gue ke perpustakaan  A+ Academy, milik ayah."

"Jauh tempatnya?" Arzan benar tidak tahu tempat itu. Entah dirinya yang memang terlalu sibuk bekerja atau memang almarhum ayah tirinya mempunyai bangunan-bangunan yang jarang sekali ia ketahui. Efek kebanyakan bangunan sampai lupa jika Batara Raden Bintang Akhtar itu seorang CEO terkenal, terutama dan terkaya.

Kamala menggeleng. "Deket rumah, 5 menit naik motor udah sampe."

"Oke kalau gitu intinya jangan terus-terusan gak sekolah. Kalau butuh semangat nanti Abang dan yang lain kasih kamu semangat,"

"Gausah, berlebihan."

"Nggak ada kata berlebihan untuk membuat adik perempuan kesayangan kita bahagia."

Arzan memeluk tubuh adiknya. Sepertinya ini adalah pelukan pertamanya kepada Kamala. Bersyukur masih bisa memeluk tubuh Kamala, semoga saja Kamala membalas pelukannya.

Kamala hanya diam saat Arzan memeluk. Tidak ada niatan membalas pelukan itu. Masih marah karena kejadian beberapa bulan lalu? Entahlah, Kamala sendiri pun tidak tahu. Terkadang jika dilupakan tiba-tiba akan ingat kembali dan menimbulkan sakit hati.

Karena tidak ada balasan dari Kamala, Arzan menyudahi memeluk adik perempuannya. "Walau Abang pergi dengan waktu yang lama, kalau Skayara main kerumah terima dia seolah-olah memang tamu. Jangan perlakukan dia kasar, paham?"

7 SAUDARA TIRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang