Assalamualaikum calon Readers ku👋🏻
Absen yok username kalian siapa.
Vote dan komennya jangan lupa~
Ayo share cerita ini ke teman-teman kalian biar makin panas!
Jangan sider ya guysss, aku juga butuh dukungan kalian.
Hargai penulis.
Cerita ini mengandung unsur kekerasan yang tidak patut untuk ditiru, dan tidak patut untuk diplagiat kan.So, happy reading guysss.
Follow sebelum membaca.
Sebuah mobil hitam melaju kencang melewati jalanan basah sehabis hujan. Saat meeting dengan klien dari luar, dirinya mendapatkan kabar dari sang pembantu tentang istrinya. Dengan segera ia meminta izin kepada kliennya untuk menunda meeting hari ini dengan memberikan alasan yang logis agar mereka percaya, siapa sangka dirinya diberikan kesempatan kedua kalinya untuk meeting kembali di hari selanjutnya ketika masalah sudah selesai. Kemudian ia pulang.
Batara memberhentikan mobilnya di depan rumahnya. Kakinya dibawa berlari masuk ke dalam rumahnya yang besarnya bak istana kerajaan.
Seorang anak perempuan berlari menghampirinya sambil menangis, "Ayah!" teriaknya yang tak lain adalah putrinya, Kamala Humaira Senja Arsyana.
"Kamala ada apa ini?"
"Ayah... Hiks! Ibu udah ngga ada..."
Batara diam seribu bahasa. Dirinya menggendong Kamala kecil dan dibawa masuk ke dalam kamarnya. Melihat istrinya yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur sembari para dokter melepaskan alat-alat perawatan yang membantu istrinya bertahan hidup.
"Dokter ada apa dengan istri saya? Saya dengar dari pembantu saya, kondisi istri saya melemah," desak Batara memaksa dokter kepercayaannya menjelaskan sesuatu yang terjadi sekarang.
Tampak lesu wajah dokter tersebut. Wanita itu menarik napas begitu dalam. "Maaf pak Batara, Bu Annura telah tiada."
"Tidak! Tidak mungkin dokter!" Batara beralih menatap istrinya. Menurunkan putrinya lalu memeluk tubuh yang tak bernyawa milik Annura.
"Sayang, bangun..." bisiknya.
"Bangun Annura, aku ada di sini sayang... Aku mohon bangun,"
Kamala kecil semakin sesegukan melihat sang ayah memohon pelan meminta sang ibu bangun dari kematiannya. Jari-jemari kecilnya menarik jas hitam milik ayahnya, membuat sang ayah menoleh menatapnya.
"Ayah, Senja takut..." cicitnya sambil menundukkan kepalanya. Air matanya terus jatuh sejak tak sengaja mendengar dokter wanita yang merawat ibunya mengeluh kepada seorang suster bahwa ibunya yang adalah pasiennya tidak bisa diselamatkan lagi nyawanya. Mendengar itu air matanya terus bercucur jatuh dari kelopak mata indahnya, hingga sekarang kedua matanya sembab karena terus menangis.
Batara menarik jari-jemari putri kecilnya. Membawanya kedalam pelukannya. Ia merasa bersalah kepada putrinya karena tidak bisa menjaga istrinya karena selalu disibukkan oleh pekerjaannya yang sedang jaya-jayanya.
"Senja ngga punya ibu lagi, yah? Senja takut diejek teman-teman karena engga punya ibu lagi, ayah." adunya penuh ketakutan.
"Sayang... Jangan takut. Ngga akan ada yang berani mengejek putri cantik ayah ini."
"Beneran?"
Batara mengangguk cepat sambil menghapus air matanya. Ia tersenyum, "Beneran sayang,"
Kamala melirik ibunya. Lalu sekarang bagaimana? Ibunya sudah tidak ada, apakah dirinya akan merasakan kesengsaraan? Kamala kecil tidak mau sengsara.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 SAUDARA TIRI
Mystery / Thriller{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} ° DILARANG KERAS PLAGIAT❕° Menceritakan kisah anak perempuan tunggal dari keluarga terpandang dan sangat kaya raya. Namun, anak perempuan itu telah kehilangan seorang ibu yang mengharuskan ayahnya menikah lagi dengan perempu...