Bab 47: looking for happiness

371 33 1
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatu.

Harga penulis hanya dengan serta comment.
Cerita ini mengandung unsur kekerasan yang tidak patut untuk ditiru, dan tidak patut untuk diplagiat kan.

So, happy reading guysss.

Vote dan comen. Awas kalau nggak!

Follow sebelum membaca.

Pukul 2 pagi Kamala tak kunjung tidur dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 2 pagi Kamala tak kunjung tidur dengan tenang. Laut sudah mengikuti apa kata Kamala yaitu dengan menemani Kamala tidur di kamar almarhum ayah dan almarhumah ibunya. Sudah melakukan segala cara namun Kamala gelisah dalam tidurnya. Ada apa dengan manisnya ini? Heran Laut.

Luka Kamala yang sudah diobati lalu di perban ia perhatikan kemudian dicium sekilas. Tak hanya luka batin tetapi luka fisik pun Kamala mempunyainya. Hidupnya memang menyedihkan namun tak sebanding dengan hidup Kamala yang lebih menyedihkan. Manisnya hidup dengan sesuatu yang tak mungkin 'Bertahan Lama'.

"Hiks..." Isakkan kembali terdengar dari sekian menit lamanya tak terdengar.

Ia mempuk-puk Lembut lengan Kamala. Sedari tadi ia mendengar isakkan kepedihan keluar dari mulut manisnya. Terdengar kembali dan membuat hatinya perih. Sesakit itu batin Kamala. Sehampa itu hidup Kamala.

Bisikan lembut ia berikan kepada Kamala. "Sssttt tidur yang nyenyak ya manis..."

Kamala menyembunyikan wajahnya di dada bidang Laut. Sebenarnya yang dilakukan Kamala membuat Laut tak nyaman karena mereka berdua belum sah tetapi keadaan Kamala membuat Laut menyerahkan diri untuk memeluk dan di peluk.

"Maafin saya kalau janji saya teringkari Kamala, maafin saya..." Katanya yang hampir tak mengeluarkan suara.

Selasa, 05.59 wib.

Dengan tubuh lunglai Abiyasa menuruni anak tangga menuju ke dapur. Sejak tadi malam ia lapar namun menolak untuk ke dapur karena ia tahu saat-saat tengah malam banyak arwah gentayangan sedang membuat kekacauan di dapur, contohnya sedang memainkan sendok, memecahkan piring, memainkan kran air, membuka tutup kulkas dan lainnya apalagi di dapur banyak kacang hijau, tuyul pun ikut berkumpul di dapur itu. Mengapa Abiyasa menyimpulkan seperti itu? Hanya dengar-dengar dari mang Udin ketika mang Udin ingin membuat kopi disitulah arwah gentayangan beraksi.

Abiyasa membuka lemari lalu memilih mie goreng instan untuk ia masak. Beberapa menit mie goreng instan sudah siap dihidangkan dan langsung saja Abiyasa memakannya bak orang kelaparan.

"Bagi dong~~"

"Diem!"

"Bagi dong bos~~ kayaknya enak tuh~~"

7 SAUDARA TIRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang