4

7K 751 171
                                    

"Lepasin aja dek."

Bible menoleh,dilihatnya sang kakak yang ikut bergabung dengannya. Menyalakan pematik untuk membakar rokok yang diapit diantara bibir.

"Maksud lo?"Bible menaikan alisnya. Tidak mengerti kemana arah pembicaraan Joan.

"Jangan bikin Biu tersiksa."Joan membuka kaleng soda dan meneguknya."Bebasin dia dari penderitaan."

Bible menghembuskan kepulan asap dari tembakau yang dihirupnya ke udara.

"Jangan bilang lo masih suka sama suami gue."

Joan tertawa pelan sementara sang adik yang mendengar tawa remeh itu menatap dengan tajam.

Bible mengepalkan tangannya bersiap menonjok kakaknya kapan saja.

"Jangan main-main. Dia milik gue." Ego Bible tersulut. Membayangkan kakaknya akan bersama dengan Biu membuat amarah berkumpul membuat Bible pusing dan mual dalam satu waktu.

"Reaksi lo lucu banget. Takut kehilangan tapi kelakuan lo kaya anjing."

Bible menggeram. "Jaga mulut lo."

"Lo yang harus jaga sikap. Jangan seenaknya."

Joan mengalihkan pandangannya menatap halaman belakang yang tepat berada di bawah mereka.

Ia dengan jelas bisa melihat Biu yang sedang bermain dengan kedua kucing peliharaan yang diberi nama Grey dan Mino.

Biu terlihat senang ketika makhluk berbulu itu bermanja di pangkuannya.

Joan bertemu Biu bertahun lalu jauh sebelum Biu menikah dengan adiknya. Ia terpanah pada pandangan pertama. Pada seorang dokter koas yang begitu tulus merawat pasien-pasiennya. Ia tidak tahu jika pria yang berhasil mencuri perhatiannya adalah kekasih adiknya sendiri. Dunia sedang bercanda pada Joan. Kalah sebelum memulai perang,ia memutuskan mundur begitu saja. Merelakan Biu bersama Bible dengan harapan keduanya akan bahagia.

"Gue tanya sekali lagi. Lo masih suka sama Biu?"

Joan tersenyum tipis. Biu selalu indah di matanya.

"Lo selalu tau jawabanya tanpa harus nanya gue dek. I still love him so much. Tapi lo juga harus tau kalo gue gak akan pernah jadi orang berengsek diantara kalian. Satu satunya yang brengsek disini adalah lo. Lepasin dia Bible."

"Gue gak bisa."

"Kenapa gak bisa?"

"Gue cinta dia."Bible menjawab ragu.

"Lo harus bisa bedain mana cinta dan mana pernah cinta. Jangan kira gue gatau apa yang lo lakuin diluar sana." Joan mematikan rokonya yang masih tersisa setengah,menginjaknya dilantai. "Lo adek gue,selamanya akan begitu. Tapi gue juga punya batas toleransi buat sikap lo."

"Seberapa jauh lo tau?"

Joan mencengkeram pundak Bible."Apa perlu gue sebutin hotel mana yang lo pakai selama di Jepang?"

Ia sejak kecil memang tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari kakaknya. Lelaki itu selalu bisa membaca gerak-gerik Bible entah bagaimana caranya.

Mengelak pun percuma. Joan sudah mengetahui semuanya.

"Lo mata-matain gue ternyata."

"Terserah lo mau bilang apa yang jelas gue udah peringatin lo. Jangan malu maluin keluarga. Mama sama papa gak ngebesarin bajingan."

Bible tercekat.

Kata-kata Joan memukul Bible telak.

Tepat sasaran.

 La tricheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang