Joan berhasil menemukan Biu. Lelaki kecil itu berada ditaman kota. Duduk sendiri memperhatikan orang-orang yang sedang bersenang-senang bersama keluarganya. Biu tidak menangis seperti dugaan Joan sebelumnya. Pria itu malah terlihat sangat datar sama sekali tanpa ekspresi.
Duduk cukup jauh, Joan menunggu Biu dengan sabar. Membiarkan pria itu menenangkan pikirannya terlebih dahulu.
***
"Udah malem," Joan memasangkan jaketnya ke pundak Biu. Pria kecil itu mendongkak. "Ayo kita pulang."
"Aku bingung harus kemana. Aku gak punya rumah sekarang."
Joan terdiam. Pria itu kemudian mengambil duduk disamping Biu.
"Aku takut jadi penghalang kebahagiaan mama dan papa. Aku tadi liat gimana mata mereka yang sangat bahagia waktu sama Almira. Aku gamau merusak itu semua."
"Biu, kamu tau kan papa dan mama sayang banget sama kamu?"
"Aku tau kak. Itu sebabnya aku berpikir kayak gini. Aku mungkin bukan yang mereka mau sekarang tapi karena mereka sangat menyayangiku mereka harus berkorban."
Taman sudah sepi. Ini sudah pukul sebelas malam.
Biu akhirnya memutuskan untuk berdiri. "Besok kakak harus ke kantor. Maaf ya jadi harus nungguin aku gini."***
Pintu mobil terbuka. Biu keluar dari sana dengan langkah perlahan. Joan memegang stirnya erat. Berpikir beberapa saat. Joan memutuskan ikut turun dari dalam mobil."Maafin aku sama keluargaku Biu. "
"Apa kakak juga tau?" Sesak didada Biu kembali terasa menyengat. "Sejak kapan?"
Joan mengangguk. Matanya memancarkan rasa bersalah yang menekan hatinya hingga kedasar. "Maaf karena nyembunyiin ini dari kamu.
Biu menutup matanya. Membiarkan air mata yang sejak tadi ditahan mengalir begitu saja.
Bahkan Joan pun membantu menutupi semuanya?
Melihat Biu menangis membuat kakak iparnya tidak tega. Joan mendekat, membawa Biu kedalam pelukan.
"Maaf Biu.." Joan mengusap punggung Biu dengan lembut namun Biu hanya berdiri kaku.
***
"Pantes kakakku ngebela kamu terus selama ini, ada main ternyata kalian."
Baru saja membuka pintu rumah Biu sudah dihadapkan dengan sosok bible yang duduk dikursi dengan wajah memerah marah.
Suara mobil yang meninggalkan halaman terdengar yang berarti Joan sudah pergi dari sama.
Biu tidak terlalu memperdulikan suaminya.
Biu dengan acuh melangkah melewati Bible, menuju kekamar. Biu akan membuka jaket milik Joan ketika Bible datang dan langsung mencengkram erat tangan kecil miliknya.
"Kamu mau jadi lelaki murahan? Mau sama kakak suaminya sendiri?" Bible membentak. Biu menepis tangan suaminya dengan kuat.
"Aku bukan kamu mas. Jangan samain sikap bejat yang kamu punya sama aku. Gak semua orang terlahir dengan bakat menjadi tukang selingkuh."
Amarah Bible semakin memuncak. Didorongnya tubuh Biu hingga memantul keranjang. Bible kemudian mengukung tubuh kecil itu. "Jangan sok suci kamu. Didepan rumah kita aja kalian berani pelukan. Gimana kalo aku gak ada. Kamu tidur sama dia dibelakang aku?"
Biu menyingkirkan Bible dengan sisa kekuatannya hingga suaminya sedikit menjauh.
"Buang semua yang ada dipikiran kotor kamu itu. "
Biu menangis keras sekarang. Tidak lagi mempertahankan sikap tenangnya selama ini.
"Dari pada ngabisin waktu kamu buat mikir tentang aku sama kakakmu yang jelas-jelas salah, lebih baik kamu mikir gimana perasaan aku sekarang. Aku gak masalah kalo kamu bawa papa dan mama ketemu dengan selingkuhan kamu itu tapi kenapa harus ditempat sushi favorit aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
La triche
FanfictionDiusia pernikahan yang ketujuh Arbiu tanpa sengaja mengetahui bahwa suaminya memiliki orang lain. Tak lain adalah seorang karyawan wanita yang kini tengah mengandung anak dari suaminya. Arbiu membenci perselingkuhan namun ia tetap memberi Bible kese...