42

3.6K 366 54
                                    

Abian benar-benar manja, Bible bahkan tidak diizinkan untuk sekedar pergi ke kamar kecil. Anak manis itu terus saja duduk dipangkuan ayahnya. Bible sama sekali tidak keberatan, pekerjaan bisa menunggu dan keinginan putranya harus menjadi nomor satu.

Bible telah meletakan Abian pada puncak tertinggi dalam kehidupannya.

"Ayah.." Suara lembut terdengar dari bibir mungil bocah yang bahkan belum berusia sepuluh tahun itu.

"Iya nak, kenapa?" Bible mengelus rambut halus Abian.

"Ayah jangan sakit, ayah harus bahagia." Abian tersenyum lembut, meski ia tidak bisa melihat sosok ayahnya namun bocah itu paham bahwa Bible selalu bisa melihatnya. "Abian mau ayah hidup sangat lama."

"Ayah juga mau hidup lama sama Bian. Kita sama-sama cari donor mata buat kamu ya?"

Abian diam, bocah itu terbiasa dengan topik 'donor' yang selalu dibahas orang-orang disekitarnya namun kali ini reaksinya sedikit berbeda, Abian tidak terlihat ceria.

"Ayaaaah.."

"Iya?"

"Surga itu seperti apa?"

Bible membeku, untuk anak yang memiliki penyakit mematikan seperti Abian, pembahasan soal surga terlalu sensitif. "Abian tau surga dari mana?"

"Bian dengar waktu berjemur sama nenek, ada yang bicara itu, katanya kalau kita meninggal kita akan ke surga. Apa surga itu menyenangkan? Mama disana, kan?"

"Bian dengar ayah," Bible menarik pundak kecil anaknya lalu menatap Abian dalam-dalam. "Abian akan hidup lama, jangan pernah memikirkan yang seperti ini lagi."

"Tapi Bian capek ayah.." Bibir bocah itu cemberut. "Abian juga mau ketemu mama."

"Bian!" Nada suara Bible meninggi. "Ayah gak mau denger lagi omong kosong kayak gini. Bian akan sehat dan Bian gak akan ketemu sama mama."

Abian menciut, ayahnya terdengar marah. "Ayah maaf.."

"Ayah mau keluar dulu, Bian nanti biar ditemenin nenek dulu." Bible meletakan bocah kecil itu diatas ranjang, ia lalu keluar dari ruangan.

Bible harus meredakan kekesalannya dulu atau ia akan meledak pada bocah kecil itu.

***

"Dah sampai ketemu lagi dan jangan lupa oleh-oleh."

Biu mengangguk dengan tangan yang melambai, ia mengantar ketiga sahabatnya sampai ke depan lobi apartemen.

Setelah memastikan Apo, Us dan Bas pergi dengan mobil mereka masing-masing ia lalu kembali ke lift. Biu menunggu dengan sabar dan memainkan ponselnya.

"Hai.." seseorang tiba-tiba memeluk pundaknya, Biu tidak kaget karena ia mengenali wangi dari pemilik tubuh disebelahnya. "Temanmu sudah pulang?"

"Heem, mereka baru saja pergi." Biu mengantongi ponselnya lalu menoleh untuk menatap sang kekasih. "Kau lama sekali."

"Banyak yang harus aku urus sebelum benar-benar cuti."

"Orang sibuk." Biu menyindir dengan mata yang jahil. Vegas paling menyukai Biu versi ini. Kekanakan dan sangat imut.

Keduanya masuk ke dalam lift begitu pintu terbuka.

"Aku lelah." Vegas menumpukan kepalanya diatas bahu Arbiu. "Besok aku masih harus pergi kekantor."

"Oh iya? Tapi lusa kita sudah berangkat."

"Aku akan menyelesaikan semua pekerjaan besok."

"Baiklah, semangat Ve.. Kalau perlu bantuan aku tidak bisa membantu. Aku hanya tau menyuntik pasien." Biu terkekeh dengan candaanya sendiri.

 La tricheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang