24

4.4K 406 9
                                    

Biu berjalan gontai kembali keruangannya. Bertemu Bible selalu saja membuat hatinya terluka. Pria itu tidak pantas disebut manusia.

Berpapasan dengan Apo yang sedang mengunyah coklat, Biu langsung merubah ekspresinya menjadi ceria.

"Biu tadi makan siang sama Prof Vegas ya?" Apo berteriak nyaring membuat beberapa staf rumah sakit juga para dokter yang berlalu lalang mulai kembali setelah makan siang melihat keduanya. Beberapa melempar senyum menyapa Biu dan Apo yang langsung dibalas sama ramahnya oleh kedua dokter muda itu.

"Iya tadi makan bareng."

"Lucu banget sih kalian berdua." Apo berseri-seri. Tangannya kemudian merogoh saku jas dokternya. "Aku tau hidup kamu udah manis karena dokter Vegas tapi tadi pas beli coklat aku inget kamu."

Biu menerima coklat itu dengan senyum tulus. Ia tidak berpura-pura ceria lagi sekarang tapi memang benar-benar merasa terharu. Apo selalu baik padanya sejak mereka kuliah. "Makasih Apo."

"Sama-sama. Dimakan ya. Aku mau keugd dulu. Bai.." Apo melambaikan tangannya.

Biu kembali meneruskan langkahnya menuju ruangannya sendiri. Kali ini sambil memakan coklat dari Apo yang sedikit membantu mengembalikan suasana hatinya menjadi lebih baik.

***

Pukul dua siang Vegas kembali pergi dari rumah sakit. Pekerjaannya sudah selesai dan ia tidak lagi memiliki operasi sehingga pria itu memutuskan untuk menuju perusahaannya lain milik keluarganya.

Mengendarai mobilnya membelah kemacetan, satu jam kemudian ia telah sampai di gedung bertingkat milik keluarganya. Gedung empat puluh dua lantai yang dipegang oleh kakak perempuannya.

Pria itu menuju lantai empat puluh dimana ruangannya berada.

Menggulung kemejanya sebatas siku, Vegas mulai membuka laptopnya. Sejujurnya ia tidak terlalu tertarik dengan bisnis yang dimiliki oleh keluarganya tapi karena Vegas ingin menghancurkan Bible maka ia harus mulai mempelajari banyak hal.

"Sangat aneh." Pintu terbuka menampakan seorang wanita berbaju hitam yang berjalan penuh percaya diri ke arahnya. Vegas menatap wanita itu beberapa saat sebelum akhirnya kembali pada pekerjaannya. "Sudah bosan dengan obat-obatan?"

Wanita itu duduk dimeja, menatap Vegas dengan meremehkan.

"Untuk apa datang kesini?" Wanita itu kembali bertanya dengan angkuhnya.

Vegas berdecak kesal. "Aku bekerja disini kak. Membantumu mengerjakan proyek. Aku sudah bilang pada asistenmu."

"Bohong." Wanita itu memukul kepala Vegas. "Orang bodoh sepertimu tidak mungkin tiba-tiba melakukan hal dengan serius."

"Kakak selalu tidak percaya padaku." Vegas menghempaskan tubuhnya pada kursi kerja.

"Ya karena kamu sangat bodoh. Anak nakal."

"Ya, ya, terserah saja. Pokoknya aku akan memegang proyek untuk pembangunan hotel baru."

"Kau tau namaku?"

"Victoria?"

"Selama aku masih hidup, tidak akan aku biarkan kau mengacaukan bisnis. Pergi dari sini sekarang."

"Aku tidak akan mengacau, aku benar-bener bertekad sekarang. Beri aku satu kesempatan kak."

Victoria menatap adiknya dari atas kebawah.

"Satu kesempatan saja. Jika aku gagal maka aku akan membersihkan sepatumu seumur hidup."

Senyum di wajah wanita angkuh itu terbit. "Baiklah. Aku akan menunggu kau menangis sambil membersihkan semua sepatuku adik kecil."

Vegas kembali berdecak. Kakak perempuannya memang benar-benar menyebalkan. Wanita itu selalu saja ingin menindas Vegas.

***

Victoria bukan wanita bodoh. Hampir dua puluh tahun ia memimpin perusahaan keluarga sembari membesarkan adik laki-lakinya yang manja. Jika dari luar Vegas terlihat sangat hebat maka dihadapan kakaknya pria itu tidak lebih dari seorang anak kecil yang belum tumbuh dewasa.

Kedua orang tuanya yang meninggal di usia muda membuat Victoria dan Vegas saling mengasihi lebih dari apapun.

Victoria melihat ada yang berbeda dari adiknya akhir-akhir ini. Untuk ukuran manusia yang tidak pernah mau menginjakkan kaki di perusahaan, perilakunya sangat aneh. Vegas akan bekerja berjam-jam didalam ruangannya. Victoria mulai merasa tidak nyaman.

Victoria menyesap tehnya dalam-dalam. Ia harus segera mencari tahu apa yang membuat adiknya menjadi sangat rajin.

***

Hari ini Biu harus berjaga malam di UGD. Setelah sebelumnya membalas pesan Vegas, Biu kemudian melangkah menuju cafe dilantai satu rumah sakit untuk membeli kopi.

"Hai.."

Biu menoleh kaget begitu pula dengan Us yang ada disebelah Biu. Vegas tiba-tiba ada dihadapan keduanya dengan wajah lelah dan pakaian yang berantakan. Tidak Vegas sekali karena biasanya pria itu selalu rapi.

"Vegas? Bukannya tadi bilang masih dikantor?"

"Aku mampir sebentar nganterin ini." Vegas menunjukkan kertas karton yang ada ditangannya kemudian memberikannya pada Biu.

Biu bingung harus bereaksi seperti apa. Ia menoleh pada Us yang terlihat mengulum senyum.

"Aku pulang dulu ya." Vegas mengusap kepala Biu yang dihadiahi pria kecil itu dengan anggukan kaku.

"Dokter Us saya duluan."

"Iya Prof."

Setelah Vegas menjauh, Us tersenyum lebar. "Gak jadi beli kopi nih soalnya udah dibawain ayang."

Isi dalam karton memang dua gelas kopi ukuran besar juga beberapa potong cake.

"Aku dapet bagian kan?" Us menunjuk dirinya sendiri lalu tersenyum lebar.

***

Biu sejak tadi berjalan mondar-mandir.

Pria itu sibuk memikirkan perilaku Vegas.

Apa tindakannya termasuk dalam rencana balas dendam? Kenapa terasa sangat tulus ketika Vegas datang jauh-jauh hanya untuk memberikan makanan manis untuk menemani Biu berjaga di UGD.

"Apaan sih Biu. Duduk sini, aku pusing liatnya." Us yang sejak tadi memperhatikan Biu menjadi kesal sendiri. Temannya itu tidak mau diam. Terus saja berjalan kesana kemari.

"Us.."

"Apa?"

Biu menimang-nimang sebentar. Us menjadi tidak sabaran. "Apa Biu?"

"Eh aku mau ketoilet dulu."

Biu kemudian berlalu pergi. Hampir saja ia mengatakan sesuatu pada Us. Bukan ia tidak percaya pada Us hanya saja beberapa hal memang tidak boleh dibagi dengan orang lain. Ia harus menjaga rahasianya dengan Vegas.

***

Haloouuu 👋🏻👋🏻👋🏻

 La tricheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang