15

8.4K 811 132
                                    

"Hai.." Vegas menyapa Biu yang baru saja turun didepan lobi apartemennya. Pria tinggi dengan sekantung belanjaan itu tampak santai dengan kaos hitam dan celana pendek. Tidak lupa sandal jepit yang menemaninya berjalan dari unitnya dibelakang sana ke supermarket yang berada didekat apartemen Biu.

"Hai Vegas.." Biu membalas pria itu. Tersenyum, kemudian berjalan mendekat. Matanya melihat pada sekantung besar yang Vegas jinjing. "Habis belanja?"

Vegas mengangkat kantung belanjaan itu. "Iya. Aku akan memasak makan malam."

"Apa kau bisa?" Biu bukan meremehkan Vegas hanya saja jika dilihat dari penampilan sepertinya cukup meragukan. Vegas lebih terlihat seperti tuan muda yang akan membeli makanan fancy dengan harga selangit di hotel berbintang ketimbang menghabiskan waktu untuk mengolah sendiri.

"Sepertinya aku harus memperlihatkan bakat memasakku." Vegas tersenyum. "Jika kau tidak keberatan aku akan mengundangmu makan malam bersama."

Biu mengusap tengkuknya canggung. "Sepertinya aku tidak bisa, aku harus melanjutkan pelajaranku. Nikmati makan malammu. Lain kali aku akan bergabung."

Vegas mengangguk. "Baiklah. Lain kali milikmu itu aku anggap sebagai janji."

***

Biu benar-benar serius sekarang. Beberapa jurnal berserakan diatas mejanya bersama dengan laptop dan iPad. Ia tidak berbohong untuk menolak ajakan pria tower belakang sebab memang malam ini adalah jadwal Biu belajar.

Ia membaca satu persatu dengan serius. Mempelajari semuanya dengan semangat. Biu sejak dulu suka belajar. Sesuatu yang menyenangkan untuknya.

Drtttt drttt drttt

Suara dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Benda persegi itu berada ditumpukan buku paling bawah. Setelah membaca nama si penelepon, Biu segera mengangkatnya.

"Malam ma." Biu menyapa seseorang disebrang sana. Tangannya kembali meraih iPadnya.

"Malam nak. Biu lagi dimana sekarang?"

"Biu lagi diapartemen ma. Baru pulang kerja."

"Maaf ya mama belum bisa ngunjungin kamu."Wanita diujung telpon terdiam beberapa saat. "Biu mama boleh tanya sesuatu?"

Biu mengangguk. Meski orang yang menelponnya tidak akan melihat itu. "Boleh ma. Kenapa?"

"Biu kebetulan ketemu Bible gak hari ini? Anaknya nanyain kamu terus. Mama takutnya dia ganggu kamu, apalagi kata kakaknya seharian dikantor dia uring-uringan."

"Engga ma. Aku gak ketemu Bible." Biu menggigit bibirnya.

"Syukurlah." Wanita disebrang terdengar lega. "Tapi kalo nanti Bible datengin Biu, kamu harus bilang mama ya. Biar mama bisa ingetin dia. "

"Iya ma.."

"Yaudah mama tutup dulu ya. Nanti kalo mama sama papa udah pulang, kita mampir kesana ya."

"Oke ma. Aku tunggu."

Sambungan telpon terputus. Biu menyimpan benda pipih itu dengan hati-hati.

Pikiran Biu melayang. Menggigit bibir bawahnya Biu agak gelisah.

Ibu,ayah dan kakak Bible tidak mungkin memberitahu pria itu bahwa Biu sudah kembali. Mantan suaminya pasti melihat Biu di suatu tempat.

"Semoga Bible gak muncul dihadapan ku." Biu melantunkan harapannya. Semoga saja.

***

Tidak terasa sudah satu Bulan Biu bekerja dirumah sakit ini. Kemampuan bersosialisasinya jauh lebih baik semenjak menjadi relawan sehingga saat kembali kerumah sakit ia lebih mudah bergaul.

 La tricheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang