43

4.4K 375 72
                                    

Bible kacau.

Pagi hari ketika ia akan berangkat kerja tiba-tiba saja ibunya mengabari bahwa kondisi Abian menurun. Kini bocah kecil yang ia tinggalkan tadi malam sedang dalam penanganan dokter.

Bian kembali kritis.

Bible menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku. Ia berlari di lorong rumah sakit, tidak ingin terlambat untuk melihat putranya.

"Ma, kenapa Bian?" Bible sampai dihadapan ibunya yang kini tengah dipeluk oleh Joan.

"Mama gak tau nak. Tadi, tadi Bian baik-baik aja."

"Bang?" Bible mengalihkan pandangannya kepada kakaknya, meminta penjelasan.

"Tenang dulu, kita tunggu dokter." Joan berdiri lalu menepuk pundak adiknya.

"Kemarin operasinya udah berhasil, kenapa tiba-tiba?" Bible mengusap wajahnya kasar. Ini diluar prediksinya sebab Bian telah melewati masa kritis sebelumnya.

Pintu ruangan Abian terbuka, seorang dokter didampingi dua perawatnya berjalan keluar.

"Dok, gimana keadaan putra saya?"

"Mohon maaf, pasien tidak bisa diselamatkan. Terjadi pendarahan—"

Gemuruh petir seolah menyambat tepat di atas kepalanya. Bible jatuh bersimpuh. "Setelah operasinya berhasil dan saya tetap kehilangan putra saya?" Bible mendongkak menatap dokter itu dengan tajam. "Apa prosedur yang kalian lakukan sudah benar? Jika ini kelalaian kalian saya akan membuat kalian membayarnya. Saya akan memastikan kalian semua membusuk dipenjara."

***

"Sayang bangun nak, ini ayah.." Bible mendekap erat tubuh dingin Abian. Ia menciumi wajah putih pucat putra yang sangat dicintainya itu. "Abian mau lihat dunia, kan? Ayo bangun sayang. Tolong ayah. Kalau Abian gak bangun ayah bisa mati."

Air mata menetes membasahi pipi mungil Bian. Anak itu masih bergeming. Seolah ia sangat nyenyak dalam tidurnya.

Orang tua Bible dan kakaknya berdiri tidak jauh dari ranjang. Mereka membiarkan Bible untuk menangis sambil memeluk anaknya.

"Bian tau kan ayah sayang banget sama Bian. Bian nomor satu buat ayah. Bangun nak, kasih ayah kesempatan sekali lagi. Ayah mau liat Bian tumbuh dewasa, ayah mau dengar suara Bian kalo sudah besar."

Bible masih setia menciumi seluruh wajah Abian. Sesekali pria itu akan menguncang tubuh kecil yang mulai kaku itu.

"Ayah berdosa, ayah yang harus dihukum." Air mata Bible semakin deras. "Ayah akan menerima semua hukuman tapi bukan yang satu ini. Ayah gak bisa kehilangan Bian. Ayah gak mau nak."

"Bible udah.." Ayahnya mengusap kepala Bible. "Bian akan sedih liat kamu begini."

"Papa, anakku pah."

Ayahnya merasa ikut hancur melihat Bible yang sangat rapuh sekarang.

"Pa anakku gak mau bangun. Aku harus gimana sekarang?"

Seumur hidup. Setelah menjadi orang tua Bible selama hampir empat puluh tahun ini pertama kalinya sang ayah melihat anaknya seputus asa ini.

"Pa, tolong pa. Suruh Abian bangun."

"Nak..." Ibunya mendekat. Wanita itu memeluk punggung putranya erat. "Bible jangan begini nak."

"Ma tolong ma. Aku gak bisa kalo Abian gak ada."

"Lo harus bisa. Apa lo gak kasian sama Bian yang liat bokapnya kayak gini?" Joan disudut lain berucap sarkas. "Lo harus kuat, lo harus anterin Bian menuju tempat terakhirnya dengan damai."

 La tricheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang