37

3.4K 381 81
                                    

"Jadi lo memang mau hancur?" Joan mencengkram kerah baju adiknya. "Nemuin dia hanya akan memperburuk masalah. Vegas berkuasa, dia bisa ngelakuin apa yang dia mau. Sekarang gak penting itu ketemu dia, yang harus kita pikirin adalah masalah desain."

Pria yang lebih tua dari Bible itu menepuk pipi adiknya, seolah mengingatkan bahwa tidak ada gunanya mencari Vegas sekarang.

"Sekarang kita cari dulu akar permasalahannya. Waktu kita tidak banyak."

***

Vegas menyiapkan hidangan makan malam yang lezat, pria itu meminta Arbiu menunggu di meja makan sedangkan ia berkutat dengan masakannya.

Biu menopang dagu, memperhatikan punggung lebar Vegas yang tersaji di depannya. Meski hanya memakai kaos polos dan celana tidur namun tidak dapat dipungkiri bahwa Vegas sangat panas. Keseriusannya dalam melakukan pekerjaan apapun itu selalu menjadi daya tarik tersendiri.

Vegas itu sempurna. Biu tidak akan bosan mengatakan betapa menakjubkanya pria itu.

"Sudah jadi, silahkan dimakan tuan putri.." Vegas tersenyum ketika meletakan sepiring steak dihadapan Biu.

"Terimakasih pelayan." Biu tertawa, setengah meledek Vegas.

"Pelayan? Bukankah aku kekasih tuan putri?" Vegas terlihat tidak terima, ia lalu mendekat untuk menggelitiki tubuh Biu.

"Hei.. Hei becanda.." Biu mencoba menghindar, pria itu berdiri dari kursi dan hendak kabur namun Vegas dengan cekatan menahan tangannya hingga Biu jatuh kepelukan Vegas. "Vegas geli.." Biu terkikik karena Vegas tidak henti-hentinya menggelitiki tubuhnya.

Cup

Sebuah kecupan mendarat dileher Vegas yang masih sibuk menggelitiki Biu, pria itu akhirnya berhenti dengan Biu yang masih ada dalam pelukannya.

"Biu?"

Cup

Biu memiringkan wajahnya setelah kembali mengecup sisi lain leher Vegas. "Pacarku.." ucapnya dengan senyum lebar. "Terimakasih makan malamnya, selamat makan." Melihat Vegas yang hanya melongo Biu berinisiatif untuk melepaskan tubuhnya dari pria itu namun siapa sangka Vegas kembali melingkarkan tangannya dengan erat.

Biu bermain-main untuk mengoda Vegas tapi tentu saja pria yang lebih muda itu tidak menganggap perilaku manis Biu sebagai candaan.

"Makan malamnya ditunda, aku mau makan kamu dulu sekarang."

"Heh?!" Biu hendak protes namun sudah terlambat karena Vegas mencium bibirnya tanpa aba-aba.

Biu melotot, Vegas membawa Biu kedalam gendongan lalu menurunkannya diatas meja makan. "Vegas steak aku keburu dingin.." Biu mendorong pundak Vegas sekuat tenaga.

"Nanti aku buatkan yang baru."

Vegas sangat gigih, kembali meraup bibir Biu dalam. Hanya dalam waktu tiga puluh sembilan detik Vegas telah berhasil melesakan lidahnya masuk ke dalam rongga mulut Biu.

Vegas adalah pencium handal, ia dengan mudah membuat Biu lemas. Lidahnya menari mempermainkan lidah Biu lalu menggelitiki langit-langit mulut Biu.

"Ahhhh.." Biu meremas rambut Vegas karena merasa geli.

Tangan Vegas yang awalnya mengukung disamping tubuh Biu mulai menjelajah, meremas pinggangnya lalu naik menuju punggung.

"Veee.." Biu menyebut nama Vegas dengan manja ketika tautan bibir mereka terpisah.

Mata Biu yang sayu sangat cantik, Vegas menyukainya, sangat menyukainya.

"Boleh?" Vegas bertanya dengan suara beratnya yang khas. Tangannya berada dikancing piyama Biu siap membukanya kapan saja.

 La tricheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang