30

4.5K 479 39
                                    

Bible meremas kertas ditangannya. Ini sudah alamat kelima yang ia datangi dan hasilnya tetap sama, keluarga pendonor itu tidak tinggal di sana. Ayah Bian itu telah menghabiskan sepuluh hari di negara orang demi mencari orang yang bisa membantu kesembuhan putranya.

Bible mulai melangkah melewati gang sempit dipinggir kota untuk kembali menuju mobil yang ia sewa. Pemukiman yang katanya ditinggali oleh calon pendonor Bian memang berada di kawasan padat yang cukup kumuh.

Drtttt drtttt drtttt

Bunyi ponsel membuat Bible berhenti, pria itu segera mengangkat telpon yang ternyata berasal dari ibunya.

"Halo Ma.." Bible menyapa dengan lembut. "Kenapa?"

"Mama lagi sama Bian, ini anak kamu mau ngomong." Terdengar suara gemeresik dari sebrang sana, sepertinya ponsel itu sedang dipindah tangankan.

"Halo ayah.." Bible menggigit bibirnya, menahan sesak karena ia belum juga berhasil mendapatkan pendonor untuk Bian. "Ayah.."

"Hai nak, Bian apa kabar?"

"Bian baik, Bian habis makan buah sama nenek. Ayah kapan pulang? Bian kangen ayah."

"Secepatnya, ayah akan pulang secepatnya. Bian tunggu ayah oke?"

"Oke yah.." Putra Bible terdiam beberapa saat seperti sedang berpikir. "Ayah.."

"Ya sayang?"

"Bian mimpi dijemput malaikat.. Katanya Bian harus pulang." Bian mengucapkan kata-kata itu dengan polos sementara Bible merasa hatinya diremas kuat. Pria itu hampir saja limbung jika tidak berpegangan pada pagar rumah yang ada di dekatnya.

"Sttttt Bian ngomong apa nak, jangan ngomong gitu lagi." Suara ibu Bible terdengar memperingatkan Bian dengan lembut. "Bible jangan dipikirin ya kata-kata Bian. Kamu fokus aja cari pendonornya biar cepat ketemu."

"Iya ma."

"Mama tutup dulu ya, kamu jangan lupa makan."

***

"Senang bekerjasama dengan anda." Vegas berjabat tangan dengan pria pemilik Walf crop yang tak lain adalah investor terbesar perusahaan milik Bible, PT. Hatma Atmaja.

"Santai saja nak, bagaimana pun keluargamu pernah membantuku." Vegas membalas senyum hangat pria paruh baya itu.

Setelah seminggu mengejar Azlan Zdalqun Vegas akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bertemu pria kisaran lima puluh tahun itu.

Ketika Azlan mengetahui siapa anak muda yang mengajukan kerjasama pada perusahaan miliknya ia langsung setuju.

Hutang budi pada mendiang orang tua Vegas membuatnya sungkan untuk menolak, lagi pula V Internasional adalah salah satu holding company paling stabil sejak sepuluh tahun lalu. Jadi bagi pebisnis seperti Azlan tidak ada kerugian apapun untuk menerima tawaran tuan muda kaya raya yang kini berada dihadapannya.

Vegas berseru girang. Tidak sia-sia meluangkan waktu seharian untuk bermain golf bersama karena kini kontrak kerja keduanya akan segera berjalan. Tinggal membuat kontrak hitam diatas putih.

Azlan kembali memukul bola dengan tongkat miliknya. "Bagaimana kabar kakakmu?"

"Seperti biasa tuan, dia masih sangat energik dan pemarah."

"Hahahaha.." Azlan tertawa keras. "Lain kali atur makan malam dengannya, aku ingin bertemu dengan bos besar itu."

"Tentu tuan.."

Keduanya melanjutkan acara main golf itu hingga petang datang. Vegas dengan sabar menemani Azlan.

***

 La tricheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang