2-Kamar Para Pangeran

878 40 1
                                    

"Kau ternyata orang yang terpilih" ujar Arghos dengan senyum merekahnya menatap Dira.

Sedangkan Dira mengernyitkan keningnya tidak mengerti dengan perkataan Arghos. Masa bodoh dengan itu, sekarang ada hal yang membuatnya lebih bingung. Bagaimana bisa pria itu melayang di atas udara tanpa alat bantu apapun. Satu lagi, kenapa Ia menghanguskan sebilah kayu dengan tangan kosong. Ya, dia baru ingat dengan itu.

Dira melupakan rasa marahnya sejenak digantikan dengan rasa penasaran.

"Hei, kau siluman? Atau seorang dukun?" Tanya Dira dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak, apa seorang aktor? Tidak, dia juga tidak terlihat sedang melakukan acting. Kau pangeran dari negri dongeng? Tidak juga, pangeran pasti menunggang kuda. Kau seorang pesulap? Benar juga, pesulap tidak mungkin bisa terbang. Ah, lama-lama aku benar-benar bisa gila memikirkan semua kemungkinan" gumam Dira seorang diri. Ia masih berusaha berfikir apakah masih ada kemungkinan lain yang lebih masuk akal.

"Aku Arghos Alta Saxius, penguasa energi langit. Kau pasti sudah tidak asing dengan namaku. Semua orang yang ada disini sangat menghormatiku" ujar Arghos dengan senyum teduhnya.

"Tongos? Kau tidak terlihat seperti itu" ujar Dira.

"Arghos, A-r-g-h-o-s, Arghos. Namaku sangat bagus padahal" ujar Arghos sambil mengeja namanya satu persatu. Apakah nama sebagus itu sangat sulit untuk diucapkan.

"Oooo.... Arghos" ujar Dira mengangguk paham.

"Sebaiknya kau memanggilku tuan Arghos, karena menyebut namaku langsung sungguh tidak sopan dan lancang" ujar Arghos.

Dira menatap tajam Arghos. Emosinya kembali menguasai. Ia berusaha untuk menahannya, namun percuma.

"Kau jangan terlalu sombong. Bajingan. Memang kau sehebat apa harus dipanggil tuan segala. Aku bukan pembantumu" gerutu Dira sambil menghentakkan kakinya kesal. Wajahnya memerah hingga urat-urat diwajahnya terlihat.

"AAAAAAA" Teriak Dira karena Ia tak mampu membendung rasa marahnya. Ia sendiri juga tak mengerti dengan dirinya, kenapa Ia tak bisa mengendalikan rasa marahnya.

Ia melempar apapun yang ada disekitarnya seperti orang kesetanan. Orang-orang yang sedang ramai dipasar berlari tak karuan akibat perlakuan Dira. Ia melempar barang dagangan yang ada di meja-meja penjual ke sembarang arah sembari berteriak.

Arghos yang melihat kejadian itu cukup kaget. Ia tidak menyangka amarah gadis itu benar-benar tidak bisa dikendalikan.

Arghos menarik gadis itu dan memegangi tangannnya agar tidak melempar barang-barang yang ada disekitar. Tindakan Dira sangat membahayakan orang-orang disekitar.

Namun Dira terus memberontak hingga Arghos terpaksa menggunakan kekuatannya untuk membuat gadis itu tenang. Ia mengeluarkan energinya untuk membuat Dira tak sadarkan diri dan itu berhasil.

Arghos menyambut tubuh Dira yang tumbang. Arghos menggendong Dira yang sudah tak sadarkan diri.

"Maaf atas kekacauan ini. Aku akan mengamankan gadis ini. Silahkan lanjutkan aktifitas kalian semua" ucap Arghos sambil menatap ke sekeliling. Kelihatannya tidak terlalu kacau.

Ia kembali melompat cukup tinggi, lebih tepatnya menggunakan kekuatan meringankan tubuh sehingga Ia bisa melayang di udara. Ia membawa Dira ke istana. Ia mendaratkan tubuhnya di jendela kamar yang terbuka lebar. Terlalu beresiko jika membawanya secara terang-terangan di depan gerbang istana. Jadilah Ia menyelinap masuk ke kamarnya sendiri.

Ia membaringkan Dira di atas ranjangnya kemudian memanggil pelayannya.

Beberapa pelayan datang sambil membawa nampan di tangannya.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang