29-takdir

247 16 2
                                    

Guinevara berada di dalam kediamannya. Kediaman utara yang penuh dengan pelayan. Tapi apa gunanya kalau dia tidak bebas? Bahkan posisinya sekarang sebagai putri mahkota perlahan di geser.

Apa istimewanya kerajaan Amania? Hanya sebuah kerajaan kecil yang lemah. Mereka hanya berlindung melalui tabir pembatas yang membuat keberadaannya sedikit misterius.

"Tuan putri, anda tidak boleh mengalah. Aku lihat tuan putri dari kerajaan Amania itu tertarik pada pangeran ke tujuh. Pangeran ke tujuh tidak akan pernah jadi putra mahkota," pelayan Guin memecah keheningan. Dari tadi tuan putrinya selalu diam melamun.

Wajah Guin semakin ditekuk. Mengingat gadis itu membawa pangeran ke tujuh berteleportasi, bisa di pastikan kalau dia menyukainya.

"Kaila, aku menginginkan pangeran ke tujuh dan aku pasti mendapatkannya," ujar Guin penuh tekad. Dia harus mendapatkan pria itu. Selama ini, tak ada yang tak Ia dapatkan termasuk pangeran kerajaan Saxpire.

"Aku ingin melihat apa yang bisa  dilakukan gadis itu dan juga kerajaan Amania," lanjut Guin.

"Tenang saja tuan putri. Pangeran ke tujuh akan bertekuk lutut dengan kecantikan tuan putri. Tak ada yang bisa menandingi pesona tuan putri kerajaan Gracia," Kaila, pelayan pribadi Guin ikut menimpali. Ia sangat membenci kedatangan putri dari kerajaan Amania.

Guin mengeluarkan senyum memikatnya yang membuat siapapun akan terpesona.

________________

Alina berdiri di samping Kaisar. Dia menjadi orang nomor satu Kaisar. Dia bahkan bisa mempengaruhi Kaisar dengan kata-katanya.

"Yang mulia, aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi jika membiarkan tuan putri dari kerajaan Amania bergerak bebas," ujar Alina memasang wajah terkejut. Dia hanya perlu menyingkirkan gadis itu dari sisi Elgar.

"Apa? Ini berita buruk. Apakah kau punya solusinya?," tanya Kaisar ketakutan. Terlihat dari wajahnya yang tegang.

"Yang mulia, aku punya satu cara," Alina sepertinya berhasil memancing Kaisar.

"Katakan," ujar Kaisar.

"Racun yang melumpuhkan. Dia tidak akan berguna lagi jika lumpuh," ujar Alina mengecilkan suaranya.

"Benar juga. Kau lakukanlah. Kau orang terpilih yang benar-benar bisa membaca situasi," ujar Kaisar sembari menyunggingkan senyumnya.

"Baik yang mulia," ujar Alina penuh senyum kemenangan. Ternyata tidak sia-sia Ia menyamar sebagai orang terpilih. Kaisar akan melindunginya dalam bertindak.

Alina segera keluar dari ruangan Kaisar. Tidak bisa di tunda lagi.

Penasehat agung berselisih saat Alina hendak keluar. Penasehat itu terlihat tak suka. Dia sampai tak percaya Kaisar mempercayai seorang pelayan rendahan?

"Hormat pada yang mulia," ujar penasehat agung dengan tatapan mendalam. Apakah Kaisar melupakan semua rencana yang telah mereka buat?

"Berdirilah," ujar Kaisar dengan tatapan tajamnya. Tak seperti sebelumnya.

"Aku tau apa yang kau pikirkan. Ayo, ikut aku," ujar Kaisar. Ia berjalan ke arah dinding biasa. Kemudian Ia mengerahkan sedikit kekuatannya hingga dinding itu bergeser layaknya sebuah pintu.

Mereka memasuki ruangan yang terbuat dari batu dengan corak yang rumit. Sampai di tengah ruangan, ada sebuah tiang. Di atasnya terdapat puluhan bola sebesar kelereng yang mengeluarkan cahaya berwarna merah.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang