8-Bertemu lagi

489 28 0
                                    

Flasback on

Pintu ruangan yang disebut ruangan penyucian itu tertutup kembali. Sekitar ruangan hanya di penuhi cahaya remang-remang. Ada beberapa kabut hitam yang mirip dengan roh monster bermata merah berlalu lalang di sekitar mereka.

Tidak, ini tidak benar, roh moster itu mengincar mereka. Roh itu berlalu lalang di sekitar puncak kepala. Kondisinya sangat buruk. Mereka sedang terikat saat ini dan sulit untuk bergerak normal.

"Kau tau tempat ini Var?" Tanya Dira yang berusaha menghindar dari kabut itu. Mereka sangat menyeramkan. Seperti lalat yang mengerubungi bunga.

"Tidak mungkin—aku kira tempat ini hanya legenda. Tidak di sangka tempat ini benar-benar ada" ujar Vara setengah tak percaya. Ia sedikit takjub tapi tetap saja merasa takut.

"Legenda?" Tanya Dira sambil terus menghindar.

"Ya—kaisar terdahulu mendirikan sebuah ruangan untuk mengurung roh-roh jahat yang menelan ingatan penduduk. Para tetua bersama-sama mengerahkan kekuatannya untuk menarik roh-roh jahat itu memasuki ruangan ini. Tapi itu ribuan tahun lalu. Tak ada yang percaya dengan legenda itu karena tak ada seorangpun yang menemukannya.

"Tapi hari ini, aku sendiri yang menyaksikan ruangan ini benar-benar ada" jelas Vara.

"Awas" teriak Vara.

Dira yang mengerti langsung menghindar.

"Jangan sampai mereka mengenai kita atau mereka akan menelan semua ingatan kita sehingga ketika keluar dari ruangan ini, kita hanya tubuh tanpa ingatan. Kita hanya cangkang kosong" ujar Vara sambil gesit menghindari roh-roh itu.

"Pantas saja ketiga wanita di ruangan tadi hanya diam. Semua ingatan mereka sudah di serap oleh roh-roh ini" lanjut Vara.

"Itu berita paling buruk Var. Aku tidak ingin kehilangan ingatan berhargaku" ujar Dira sambil berlari disekeliling ruangan.

Vara berusaha merogoh kantongnya. Ia mengeluarkan pisau lipat dan dengan cekatan memotong tali yang mengikatnya.

Sekarang tangannya sudah bebas hingga bisa memukul para roh itu. Ia menatap ke arah Dira sambil geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, gadis itu malah mengelilingi ruangan itu dengan kaki seribu seperti di kejar harimau saja. Lari pontang-panting sambil berteriak tidak jelas.

"Aaaaaaaa... pergi... pergi genderuwo, setan, roh-roh, aku masih mau ingatanku" teriak Dira sambil berlari tak tentu arah.

Vara melempar pisau lipatnya dan dalam sekejap tali yang mengikat Dira sudah terlepas. Pisaunya kembali ke tangan Vara. Tekniknya mirip bumerang.

"Ey, kau berhentilah berlari. Rohnya sampai kebingungan melihatmu" tunjuk Vara pada roh yang dari tadi memperhatikan Dira berlari kesana kemari. Matanya berputar seratus depalan puluh derajat dan kesulitan mengincar kepala Dira.

Dira menghentikan gerakannya dan menghembuskan nafasnya lelah. Ia membungkuk dan memegangi perutnya yang terasa keram.

"Dasar sialan. Kenapa kau tidak bilang kalau kau berhenti mengejarku monster" tunjuk Dira sambil menantang roh-roh yang kembali ingin mengincar kepalanya.

Vara mengeluarkan bola cahaya dari dalam sakunya. Sebelum roh-roh itu kembali mengejar mereka bola cahaya lebih dulu mengeluarkan cahayanya. Roh-roh itu ketakutan dan mulai menghilang satu per satu. 

Plip....
Dalam sekejap baju yang mereka kenakan berubah menjadi baju pengantin berwarna merah.

Dira terperanjat, masih belum terbiasa dengan hal-hal aneh yang terjadi. Namun Ia berusaha menyesuaikan kondisinya.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang