Matahari mulai melakukan tugasnya, muncul dari ufuk timur dengan cahaya lembut yang membelai wajah kusut milik Dira.
"Kenapa wajahmu sangat tidak enak di pandang? Kau takut menghadapi pangeran ketiga?" Tanya pelayan yang menceritakan semua sifat dan karakter Roderick pada Dira, Erica. Gadis bertubuh tinggi dengan kaki jenjang yang sangat indah dipandang. Bulu mata lentik, bola mata yang sedikit sipit dan hidung yang terpahat sempurna. Kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat. Sempurna dan sangat pantas menjadi putri bangsawan. Tapi takdir hanya menjadikannya seorang pelayan rendahan.
Dira menghembuskan nafasnya pelan.
"Kau lihat, apa aku terlihat seperti gadis pengecut?" Tanya Dira sembari mendengus kesal.Erica mengambil posisi dan duduk di samping ranjang milik Dira. Ranjang yang hanya bisa menampung satu orang untuk tidur. Setiap pelayan memiliki satu ranjang. Besarnya ranjang tergantung pada tingkatan pelayan. Jika hanya pelayan rendahan, hanya akan tidur beralaskan tikar di lantai. Ada pelayan tingkat menengah yang melayani para pangeran seperti Erica, tidur di ranjang tunggal. Terakhir ada pelayan tinggi, yang melayani kaisar dan permaisuri. Memiliki ranjang yang luas, bisa memuat dua sampai tiga orang untuk tidur.
"Tidak... tidak. Kau mudah sekali marah" ujar Erica sembari tersenyum. Ia mengambil sisir yang terletak di ranjang Dira dan mulai menyisir rambut Dira yang sangat kusut dan berantakan.
"Apa yang kau lakukan?" Ketus Dira mencoba manepis tangan Erica.
"Kau diamlah dulu" ujar Erica sambil terus menyisir rambut Dira dengan lembut. Kemudian mengepangnya menjadi beberapa bagian. Rambut Dira berwarna hitam pekat, lurus dan panjangnya sepinggang. Erica menjepit kepangannya ke atas kepala Dira hingga membentuk kepangan khusus pelayan.
Anggap aja kepangannya begitu
"Selesai. Kau sangat cantik Dira" ujar Erica merasa puas melihat hasil karyanya.
"Jika berhadapan dengan pangeran ketiga, jangan menarik perhatiannya. Dia memiliki tempramen yang buruk. Tapi juga kadang-kadang bisa bersikap lembut. Ayo-saatnya melayani pangeran ketiga" ujar Erica sembari tersenyum. Ia melangkah lebih dulu.
"Kenapa kau baik padaku?" Tanya Dira yang membuat langkah Erica seketika berhenti.
"Semua pelayan di kamar ini menatapku sinis dan tak suka melihat keberadaanku. Mereka berusaha menyingkirkanku. Kenapa kau berbeda? Kau tau sesuatu mengenai aku?" Tanya Dira penuh selidik.
"Karena kita memiliki takdir yang sama" ujar Erica dengan nada tenang.
"Apa maksudmu?" Tanya Dira tak mengerti. Takdir yang sama? Tapi Erica tak pemarah seperti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrath Of The Savior (End)
FantasyBagaimana jadinya kalau seorang gadis pemarah tiba-tiba bertransmigrasi ke tempat asing bak negeri dongeng? Itulah yang saat ini dirasakan oleh seorang Sania Nadira, gadis bermanik coklat, berpipi tembem dengan minus akhlak, otak lumayan cerdas, pem...