34-Kekacauan

219 13 0
                                    

Semua pengawal menyerang bersamaan. Tak ada rasa segan sedikitpun. Perintah Kaisar adalah mutlak dan mereka tak bisa menolaknya.

Dira menyiapkan kuda-kuda untuk menyerang.

"Biar aku saja, kau cukup diam di belakangku," Elgar berdiri di depan Dira untuk melindungi gadis itu.

Haciya juga menyiapkan kuda-kudanya. Ia berdiri membelakangi Dira untuk melindunginya.

Satu persatu prajurit berjatuhan akibat tangkisan dan tendangan dari Elgar. Begitu juga Haciya yang menggunakan kekuatan ototnya menghadang semua prajurit.

Dira kebingungan sendiri. Ia juga ingin ikut bertarung, tapi Elgar dan Haciya terus melindungi setiap serangan yang mengarah padanya.

Semakin lama jumlah prajurit semakin banyak hingga membuat Haciya dan Elgar kewalahan. Tenaga mereka sudah terkuras. Terlebih Haciya yang baru saja menerima 50 cambukan.

Disisi lain, Guinevara tampak gelisah saat Elgar di serang puluhan prajurit. Ia tidak boleh membiarkan Elgar terluka. Tak ada gunanya Ia menjadi putri mahkota jika tak ada Elgar disisinya.

Di tengah keriuhan, Guinevara menghadap pada kaisar.

"Yang mulia, hamba mohon lepaskan pangeran ke tujuh. Dia tidak bersalah," mohon Guin. Ia menunduk berharap sang kaisar mengubah keputusannya. Elgar tidak masuk dalam rencananya. Hanya Auroralah targetnya.

Kaisar tak bergeming. Keputusannya tak bisa diubah. Untuk apa mendengarkan bidak yang sudah tak berguna lagi.

"Yang mulia, hamba mohon lepaskan pangeran ke tujuh," ulang Guin.

"Yang mulia, hamba rela melepaskan posisi hamba sebagai putri mahkota dan menggantinya dengan kebebasan pangeran ke tujuh," Guin tak berfikir panjang. Yang Ia pedulikan saat ini hanya Elgar.

Kaisar tetap tak bergeming. Ia tampak menikmati suasana ini. Sebentar lagi, dia akan menjadi penguasa terkuat dan tak tertandingi. Guinevara, dia memiliki kekuatan yang cukup unik. Akan sangat bagus jika dia juga di tumbalkan.

"Yang mulia, apa maksudnya? Pangeran ke tujuh juga salah satu targetnya?," Guin bangkit dengan tatapan tak terima.

Pemikiran Guin tentu salah besar bagi kaisar. Yang paling benar, dia juga termasuk salah satu targetnya. Akan sangat di sayangkan jika menyia-nyiakan kekuatan sebesar itu. Kaisar tentu tau siapa pengantin kaisar yang kabur. Bibi Em sudah membuat gambaran kedua gadis itu. Siapa sangka, ternyata salah satu di antara mereka adalah tuan putri kerajaan Gracia, Guinevara.

Melihat tanggapan kaisar, Guin merasa ada sesuatu yang janggal. Aura membunuh yang kuat tercium dari indranya yang peka. Ia menatap kaisar yang duduk diam di singgasananya. Tubuhnya di selimuti aura hitam yang pekat dan mendominasi.

Guin mundur beberapa langkah ke belakang. Tidak mungkin. Itu tidak mungkin. Roh iblis haus darah? Bukankah dia sudah dimusnahkan? Kenapa dia tak menyadari ada yang janggal dari kaisar sebelumnya?

Pertarungan yang tidak imbang itu masih berlangsung. Ciya dan Elgar melindungi Dira dengan rapat. Hingga salah satu prajurit berhasil mendekati Dira dan menyingkap tudung kepala milik Dira. Menampilkan wajah dingin tak tersentuh milik Dira. Semua orang terkagum dengan kecantikan dari Aurora. Ternyata rumor mengenai kerajaan Amania memiliki bidadari benar adanya.

Kaisar bisa melihat wajah Aurora. Bagus sekali, ternayata pengantinnya yang kabur satu lagi merupakan tuan putri dari kerajaan Amania. Bagus sekali, sangat bagus. Jika menyerap kedua kekuatan itu, dia akan menguasai dunia.

Derick berdiri saat melihat wajah itu. Dira ternyata tuan putri kerajaan Amania. Thierry juga cukup terkejut. Hatinya ingin membantu namun posisinya sebagai pangeran tidak memungkinkan.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang