Kaisar tampak sangat marah pada Penasehat agung. Mereka berada di ruangan rahasia tempat meracik pil siluman. Masih tak ada perkembangan setelah beberapa hari menumbalkan tiga orang gadis. Apakah semua yang dia lakukan hanya sia-sia?
"Kapan aku bisa menguasai semua kekuatan itu hah? Apakah menunggu sampai anak itu membunuhku dan menggeser posisiku sebagai kaisar? Mana hasilnya? Aku sudah tak bisa menunggu lagi. Lakukan apapun yang bisa," bentak Kaisar sudah tak sabar.
"Yang mulia, s-sebenarnya ada satu orang yang bisa membuat semua pilnya menyatu. T-tapi ini sedikit sulit," penasehat agung ragu-ragu.
"Katakan,"
"Tuan putri Aurora. Dia memiliki esensi yang kuat. Sumber kekuatannya tak terbatas. Jika menumbalkannya maka semua pil dan seluruh esensi kekuatannya akan menyatu dengan yang mulia," penasehat agung tampak bersemangat dan juga takut.
"Bagus sekali. Asalkan bisa menyatukan semua pil siluman ini, siapapun boleh di tumbalkan," Kaisar menatap penasehat agung yang menunduk hormat.
"Tapi bagaimana cara kita mengorbankannya tanpa di curigai kerajaan Amania?," tanya penasehat.
Kaisar menyunggingkan senyumnya. Hal paling gampang dan paling mudah.
"Gerakkan saja bidak selanjutnya. Dia cukup berambisi,"
"Maksud yang mulia?,"
"Penasehat, kau tau apa yang paling berbahaya di dunia ini? Cinta. Seseorang akan lupa diri jika sudah jatuh cinta. Hahahaha," sang Kaisar tertawa penuh siasat. Dia tidak sebodoh yang di pikirkan orang lain. Dia hidup dengan mengendalikan semua orang.
______________
Dira menghentikan langkahnya saat sampai di tempat yang Ia tuju. Di tepi danau. Tak ada penduduk di sekitar. Hanya ada Dira seorang. Ia memilih duduk bersandar pada sebuah pohon besar di tepi danau. Menatap tenangnya air yang sebenarnya sangat buas. Ia membuka penutup kepalanya menampilkan wajah tenang milik Dira.
Dira menghirup udara sebanyak mungkin kemudian menghembuskannya perlahan. Tidak ada kamus cemburu bagi Dira. Dia hanya perlu berjuang untuk mendapatkan cinta Elgar untuk Aurora. Sebaik itu dirinya, Ia sungguh bangga dengan kemampuannya menahan penderitaan.
Dira merasakan kepalanya memutar beberapa memori.
"Pergilah Aurora. Kau bisa mengubah takdirmu dan saudaramu"
"Kak Ganta, apakah dia memiliki wajah yang sama denganku? Apakah takdir kita berdua benar-benar bisa berubah. Kakak tidak akan membunuhkukan? Kakak hanya akan membunuh diakan? Aku bisa hidup dengan tenang setelah itukan kak?"
"Pangeran, tunggu aku kembali. Tunggu hingga takdir baik mengikutiku. Kita akan bersama lagi setelah itu. Tunggu aku sampai saat itu tiba, kita tidak akan terpisah lagi"
"Kak ganta, jangan buat aku kecewa. Menukar takdir dan raga. Kak Ganta tidak boleh merugikanku sedikitpun"
"Saudara kembar memiliki sifat alamiah. Mereka saling terikat satu sama lain. Kak Ganta tetap saudaraku. Ayahanda, biarkan kak Ganta bebas"
Fakta baru dari ingatan milik Aurora cukup membuat pertahanannya runtuh. Tenggorokannya terasa tercekat. Matanya terasa memanas. Seperti ada sesuatu yang mendesak keluar dari pelupuk matanya. Jantungnya berdetak tak karuan. Berapa banyak lagi kecewa yang harus Ia terima.
"Kenapa? Kenapa harus aku? Apakah hidupku belum cukup berantakan hingga mereka mempermainkannya?," ujar Dira. Cairan bening mengalir deras di pipinya. Berapa banyak lagi rahasia yang tersimpan darinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrath Of The Savior (End)
FantasyBagaimana jadinya kalau seorang gadis pemarah tiba-tiba bertransmigrasi ke tempat asing bak negeri dongeng? Itulah yang saat ini dirasakan oleh seorang Sania Nadira, gadis bermanik coklat, berpipi tembem dengan minus akhlak, otak lumayan cerdas, pem...