Sebuah ruangan megah dengan singgasana yang agung dan mewah terpampang jelas. Ornamen-ornamen berkilauan tertanam di setiap bangunan itu. Semua kemewahan tampak jelas di sana.
Seorang pria dengan jubah kebesarannya duduk dengan angkuh dan penuh wibawa menghadap ke arah orang-orang yang bersujud kepadanya.
Rahangnya yang kokoh, bibirnya yang tipis serta sedikit bercak hitam, matanya yang menyorot tajam dan tidak lupa dengan alisnya yang tebal namun sangat kontras dengan wajahnya yang tirus. Ia terlihat menawan dengan mahkota yang bertengger di kepalanya. Bahkan usianya tak mempengaruhi wajahnya sedikitpun. Dia tetap tampan, siapapun yang melihatnya akan langsung tergila-gila karena visualnya yang tidak tertandingi. Siapa lagi kalau bukan kaisar negeri ini.
Seseorang yang sedari tadi berdiri di sampingnya memberi tanda hormat. Lalu membuka suara.
"Yang mulia, sekarang sudah tiba waktunya" ujar pria di sebelahnya dengan alis tegas dan wajahnya yang sedikit tembem. Ia memakai pakaian yang tak kalah mewahnya. Dia orang kepercayaan kaisar yang berkedudukan sebagai penasihat.
"Lagi? Berapa banyak?" Tanya sang kaisar menghela nafas jengah.
"Lima selir baru yang mulia"
"Apakah dari keluarga penyihir?"
"Tidak yang mulia. Tapi bisa di pastikan stamina mereka sangat kuat"
"Baiklah. Kau atur saja ritualnya. Kali ini harus menemukan wanita itu" sang kaisar menghela nafas jengah.
"Baik yang mulia"
Sang kaisar menyorot tajam para mentrinya yang tengah bersujud berbaris di hadapannya.
"Berdirilah. Pertemuan umum sebentar lagi akan di laksanakan. Jangan ada kesalahan apapun" ujar sang kaisar sambil menyorot tegas para bawahannya.
"Yang mulia yang paling agung" jawab para mentrinya serempak. Kemudian mereka semua berdiri.
_____
Dira merasakan tenggorokannya semakin memanas dan tercekat. Dira berusaha melepaskan cekalan itu.
Namun lagi-lagi sebiah cahaya menyilaukan matanya. Dengan susah payah Dira mengeluarkan suaranya.
"M...ma...ta... arkh... mu... ber...c...ca.. ha.... ya" ujar Dira setengah berbisik karena oksigen semakin menipis. Sungguh cahaya hijau itu lebih menyiksa Dira di bandingkan cekikannya.
Pria itu sontak melepaskan cekikannya di leher dira dan membanting tubuh gadis itu ke lantai yang cukup keras.
"Uhuk...uhuk... hah... uhuk..." Dira meraup udara sebanyak mungkin. Baru tiga orang pria yang Ia temui di negeri aneh ini, ketiganya sudah mau membunuh Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrath Of The Savior (End)
FantasyBagaimana jadinya kalau seorang gadis pemarah tiba-tiba bertransmigrasi ke tempat asing bak negeri dongeng? Itulah yang saat ini dirasakan oleh seorang Sania Nadira, gadis bermanik coklat, berpipi tembem dengan minus akhlak, otak lumayan cerdas, pem...