10-Titah Kaisar

473 26 1
                                    

Ia mendekatkan wajahnya ke arah bibir Dira. Tinggal lima senti lagi pangeran Derick menghentikan gerakannya. Wajahnya memerah seperti menahan sesuatu.

"Jangan terlalu percaya diri jangkrik" ujar Dira disertai dengan senyum misteriusnya. Sepertinya Ia memang hobi mengubah nama orang lain.

Ternyata Ia lebih dulu memelintir tangan Derick sebelum pria angkuh itu melanjutkan keangkuhannya. Dira semakin memperkuat pelintiran tangannya hingga Derick mengerang kesakitan.

Satu tangannya yang bebas bergerak dan memukul tubuh Dira dengan kekuatannya.

Dira terpelanting ke belakang namun segera menyesuaikan pergerakannya. Jurus yang sama dengan yang Arghos gunakan saat di pemukiman penduduk. Jadi dia sudah bisa mengendalikan tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai.

"Berani sekali kau melawanku. Kau tau siapa aku hah?" Teriak Derick sambil mencak-mencak penuh emosi. Belum pernah ada yang memanggilnya jangkrik. Jenis hewan itu berisik. Sedangkan dia tentu saja berkharisma dan dingin.

"Aku..."

"PANGERAN KETIGA RODERICK ISKA SAXIUS" sambung Dira lantang. Mengikuti gaya bicara Derick. Sebenarnya tujuannya untuk mendapatkan makanan. Tapi berubah haluan sebentar juga tidak terlalu buruk.

"Berani sekali kau menyelaku" ujar Derick sambil berdiri. Ia memainkan tangannya mengeluarkan jurus untuk kembali menghantam tubuh Dira. Namun...

"Peluk Erick Ibunda" ujar Dira sambil menatap Derick dengan mata yang sedikit bersahabat. Tapi tak mengurangi rasa waspadanya.

"Erick kedinginan, jangan hukum Erick" ujar Dira sambil mendekati Derick perlahan.

Derick menurunkan tangannya perlahan dan mata angkuhnya berubah menjadi sendu.

Dira sudah berdiri di samping Derick sambil membaca gurat wajahnya. Ia menarik nafasnya memberanikan diri untuk kembali membuka suara.

"Kau hanya ingin mendapat pengakuannya bukan?" Tanya Dira tegas.

Derick terduduk di kursinya. Kenangan yang mencoba Ia lupakan mati-matian setiap hari kembali muncul ke permukaan. Seperti membentuk luka baru yang semakin tak bisa Ia tutupi.

Flashback on

Dira merasa dirinya di tarik ke suatu tempat tepat saat Ia menatap manik Roderick. Gelap, itulah yang pertama kali Ia lihat. Tak ada cahaya-hanya sesak.

Lampu obor terlihat samar-samar semakin lama semakin dekat. Dira mengambangkan senyumnya.

"Hei tolong aku" teriak Dira sambil melambaikan tangannya. Orang yang membawa obor itu sudah tepat di depannya namun Ia bisa menembus tubuh Dira. Seolah tak ada seorangpun disana.

"Apa yang terjadi? Apa aku sudah mati?" Gumam Dira sambil menatap tangannya. Dimana dia? Kenapa tiba-tiba Ia berada disini. Ia menatap ke sekeliling, samar-samar Ia bisa melihat pepohonan yang menjulang tinggi. Sepertinya Ia berada di hutan.

Orang ralat wanita yang membawa obor itu tengah menyeret seorang anak laki-laki berusia sekitar sepuluh tahunan. Dira melupakan sejenak tentang keanehan yang dialaminya dan memilih mengikuti wanita itu.

"Ibunda kita mau kemana?" Tanya anak laki-laki berusia sepuluh tahun tersebut. Sang wanita yang di panggil ibunda itu tak menjawab.

Semakin jauh masuk ke hutan mereka berhenti.

"Ibunda kita dimana?" Tanya anak itu dengan tatapan polosnya.

Sang wanita hanya menatap datar.
"Kau tidak berguna. Hanya membuat perisai di depan kaisar saja kau tidak bisa. Hari ini tidurlah di hutan. Jangan pulang sebelum kau menguasai semua kekuatan yang di perintahkan kaisar" ujar wanita itu. Ia mematikan obornya dan menghilang di kegelapan malam.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang