24-Orang Terpilih

276 20 1
                                    

Waktu berputar begitu cepat. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan seterusnya. Nyatanya semua yang Ia jalani di negeri aneh ini begitu palsu.

Ia menatap ruangan yang sejak Ia bangun Ia sudah mengenali tempat ini. Satu hal yang pasti, dia belum kembali ke dunia nyata. Takdir? Takdir bisa membolak balikkan hati manusia hanya dalam semalam. Hanya butuh waktu semalam.

Flashback on

Dira kembali ke kamar pelayan. Meskipun identitasnya pengawal pribadi Elgar tetap saja ditempatkan di kamar pelayan. Ia ingin membuka pintu namun suara Alina membuatnya terhenti di depan pintu.

"Dira hanya gadis sementara disisi tuan. Hanya sampai penyegel kekuatannya dihilangkan. Dia gadis terpilih tentu saja tuan harus membuatnya jatuh cinta pada tuan. Tak ada alasan lain. Sebentar lagi, tunggu sampai dia menguasai teknik pedang ilusi, tuan Elgar akan pulih kembali dan bisa segera menduduki posisi putra mahkota," Alina bicara pada beberapa pelayan dibawahnya.

"Tapi bukankah sama saja dengan mengorbankan nyawanya?," tanya pelayan lain.

"Mengorbankan satu nyawa demi nyawa banyak orang tidak ada salahnya. Lagi pula, dia tak akan bertahan lama. Aku sendiri yang akan melatihnya,"

"Apakah tuan tau semua ini?,"

"Tuan tak pernah mempedulikan gadis manapun. Jika dia peduli, berarti gadis itu bermamfaat baginya. Lagi pula, membuat seorang pelayan rendahan jatuh cinta padanya bukankah hal kecil? Aku yakin tuan akan menyetujui semua ini. Kau kira selama ini untuk apa tuan melatihnya berpedang?,"

Flashback off

Dira menarik nafasnya meraup oksigen sebanyak mungkin. Sepertinya kembali ke dunia nyata tidak semudah yang Ia kira. Terlibat dalam konflik istana juga sangat menyesakkan. Bahkan sulit menentukan mana teman mana yang lawan.

"Akhirnya kau bangun," seorang pria berjubah putih berjalan mendekat ke arah Dira.

"Dasar kau sialan. Ini semua rencanamu bukan?," maki Dira menumpahkan kekesalannya. Ingin sekali rasanya Dira memotong mulut sialannnya itu.

"Hei, cobalah berbicara dengan sedikit tenang. Jangan menggunakan emosi. Oh, jangan berfikir jika kau mati kau bisa kembali ke duniamu. Tidak—kau hanya akan berada dalam kehampaan tak berujung. Selesaikan dulu tugasmu baru bisa kembali,"
Jika kau beruntung. pria itu duduk di samping Dira.

Dira menghela nafas lelah. Ia menatap ruangan yang dipenuhi rak buku kuno.

"Aku sudah menemukan putra mahkota yang cocok untuk kerajaan Saxpire," ujar Dira.

"Kalau begitu lanjutkan tugasmu. Menemukan putra mahkota baru setengah dari tugasmu," pria itu mengeluarkan sebuah plakat emas lalu menyerahkannya pada Dira. Ia tak menatap Dira dan hanya menunggu gadis itu mengambil plakat di tangannya.

Dira menggeleng tak habis pikir. Apakah pria ini sedang mempermainkannya? Siapa dia sebenarnya? Bahkan sampai saat ini dia belum mengetahui namanya.

Ia mengambil plakat itu kasar.

"Plakat itu untuk memasuki kerajaan Amania. Kembalilah ke rumahmu. Disana kau akan tau tugasmu selanjutnya,"

Dira meremas erat plakat di tangannya. Baiklah, dia akan menyelesaikan tugasnya sesegera mungkin.

______________

Alina menerobos kediaman Kaisar namun di tahan oleh puluhan pengawal elit yang menjaga gerbang kediaman.

"Aku mau menemui yang mulia Kaisar," ujar Alina bersikeras.

Prajurit elit tak peduli dengan permintaan pelayan itu. Mereka tak bergeming dan menghalangi Alina menerobos gerbang kediaman.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang