Para prajurit itu terus menyeret Dira melewati lorong-lorong istana dan
Masuk ke dalam pintu ruangan yang aneh. Ruangan bawah tanah. Cahaya gelap dan remang membuat tempat itu sedikit menyeramkan.Dira menatap kiri dan kanan ruangan itu, keropos dan lembab. Prajurit itu terus menyeret Dira menuruni jenjang. Sekitar dua puluh menit perjalanan mereka sampai di ruangan luas yang dibatasi sekat-sekat dan kotor serta bau.
Seketika bulu kuduk Dira meremang. Ruangan itu sangat jauh berbeda dengan penjara yang Ia bayangkan. Penjara di tempatnya jauh lebih manusiawi dari pada tempat ini.
Penjara dengan jeruji besi itu hanya dilapisi jerami sebagai alasnya. Setiap ruangan berisi para tahanan dengan beragam hukuman. Ada yang terbaring pingsan sehabis di cambuk. Ada yang di potong tangannya, ada yang di gantung hidup-hidup dan ada juga yang di hukum dengan besi panas. Ada yang tangannya diikat dan di cambuk massal.
Bahkan yang lebih miris lagi ada tahanan yang di perkosa oleh beberapa penjaga karena wajahnya menarik.
Dira sangat geram sekaligus iba melihat pemandangan ruangan yang Ia lewati. Sampai di ujung ruangan, prajurit memasukkan Dira ke salah satu sel tahanan dengan lantai yang bocor dan lembab. Alas jeraminya menjadi busuk. Hampir bisa di katakan tidak ada tempat untuk tidur.
Mereka melepas ikatan tangan Dira dan juga sumpalan di mulutnya. Mereka mengunci pintu dan menatap Dira tajam.
"Hukumanmu akan di putuskan dalam dua jam ke depan. Jadi silahkan nikmati waktumu yang tersisa" ujar salah seorang prajurit sambil menyunggingkan senyum remeh ke arah Dira.
"KEPARAT KAU. LIHAT SAJA KALAU SAMPAI AKU BEBAS, AKU PASTIKAN HIDUNGMU AKAN BERGESER" teriak Dira penuh amarah.
"HEI KELUARKAN AKU, SETIDAKNYA OBATI DULU LENGANKU YANG TERLUKA"
Namun prajurit itu tak menanggapi dan sudah berlalu meninggalkan Dira yang masih heboh dan cerewet sendiri. Sekitar sepuluh menit Ia berteriak dan mencak-mencak tidak jelas akhirnya Ia berhenti.
Tenaganya terkuras habis dan tubuhnya terasa remuk setelah di hantam berkali-kali saat pertarungannya dengan prajurit. Belum lagi perih dilengannya akibat sayatan pedang para prajurit tadi. Lengkap sudah penderitaannya untuk sekarang.
Dira menghela nafas pasrah. Jika sudah seperti ini apa lagi yang bisa Ia lakukan. Menunggu hukumannya, ck itu terdengar sangat pasrah.
Dira masih berdiri sambil memikirkan bagaimana cara untuk kabur dari penjara. Lama Ia termenung hingga suara seseorang membuyarkan lamunannya.
"Kau sepertinya tahanan baru"
Persis kalimat itu keluar Dira langsung menolah ke sumber suara. Sejak tadi Ia tak menyadari ada tahanan lain yang satu sel dengannya.
Wanita yang mungkin sepantaran dengannya. Rambut kecoklatan sepinggang, bola mata hijau yang menenangkan, hidung mancung yang terpahat indah, bibir ranum dan wajah tirus yang mengusyaratkan Ia layaknya seorang peri di negeri dongeng.
Dira terpana sesaat, belum pernah Ia menemui wanita secantik dan seindah dirinya. Siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta. Wanita yang senyumnya seindah musim semi, tatapannya yang secerah matahari pagi serta suaranya yang mengalun selembut sutra.
Wanita itu duduk di antara tumpukan jerami basah yang membusuk seolah tak terganggu dengan baunya. Ia bangkit dari duduknya dan berdiri disamping Dira.
"Kau tahanan juga?" Tanya Dira setengah tak percaya. Bagaimana mungkin orang seelok dirinya masuk ke dalam penjara. Kejahatan apa yang Ia lakukan? Bahkan Ia sudah mengabaikan luka di sekujur tubuhnya. Justru hal ini menjadi menarik. Kenapa isi tahanan disini hanya berisi wanita saja. Bahkan tak ada seorang pria pun yang di temui sedang di hukum di penjara ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrath Of The Savior (End)
FantasyBagaimana jadinya kalau seorang gadis pemarah tiba-tiba bertransmigrasi ke tempat asing bak negeri dongeng? Itulah yang saat ini dirasakan oleh seorang Sania Nadira, gadis bermanik coklat, berpipi tembem dengan minus akhlak, otak lumayan cerdas, pem...