37-Api suci

266 16 0
                                    

Malam bulan purnama. Cukup terang. Elgar tiba-tiba dikeluarkan dari penjara atas perintah kaisar. Kendrik sigap membantu Elgar kembali ke kediamannya. Kondisi seperti ini terulang lagi. Namun saat ini, Elgar sudah sangat kritis. Racunnya sudah merusak indra pendengarannya. Namun Ia masih sadarkan diri.

"Tuan, kau bisa mendengarku?," tanya Kendrik. Ia tak sanggup melihat wajah Elgar yang semakin kurus. Sebelumnya dia tak seperti ini.

"Apakah dia baik-baik saja?," tanya Elgar lemah.

Kendrik tau siapa yang di maksud Elgar. Namun Ia tak menjawabnya.

Disisi lain, Haciya sedang di rawat oleh Erica. Sekujur tubuhnya di penuhi oleh luka pedang dan cambukan yang terlihat menganga. Aurora yang meminta Erica untuk merawat Haciya.

Guinevara datang ke kediaman Aurora. Ia terlihat tergesa-gesa.

"Dimana tuan putri Aurora?," tanya Guin dengan nafas terengah.

"Putri mahkota, aku tidak tau. Aku tak melihatnya sejak siang tadi," ujar Erica. Apa yang terjadi? Kenapa Guin terlihat gelisah.

"Ada apa putri mahkota?," tanya Erica.

Guin menggeleng kemudian berlalu meninggalkan kediaman.

Haciya membuka matanya. Kesadarannya sudah kembali. Ia menggerakkan tubuhnya perlahan.

"Tetaplah tidur. Kondisimu tidak baik," ujar Erica menahan Haciya untuk duduk.

"Dimana tuan putri? Apakah dia baik-baik saja?," tanya Haciya dengan raut khawatir.

"Maksudmu tuan putri Aurora? Aku hanya melihatnya tadi pagi. Siangnya hingga sekarang dia belum muncul. Dia memintaku untuk merawatmu," ujar Erica.

"Ada yang tidak beres. Kenapa aku bisa keluar dari penjara? Lalu apakah tuan putri juga di penjara sebelumnya?," tanya Haciya semakin khawatir. Perasaannya sangat buruk.

"Dia hanya di kurung di kediaman. Namun kaisar sudah mencabut larangan itu. Ada apa?," tanya Erica penasaran. Kenapa pelayan Aurora ini begitu khawatir.

Haciya berpikir sejenak. Kemudian menatap Erica.

"Aku ingin meminta bantuanmu," putus Haciya setelah berpikir cukup lama.

_____________

Waktu yang baik sedang berlangsung. Dira berdiri di depan kobaran api yang menyala. Api suci yang sebentar lagi akan dimasuki oleh Dira.

Kaisar ditemani oleh penasehat agung. Mereka berdiri menghadap api suci. Sekilas sunggingan senyum dari kaisar mampu menggambarkan bagaimana perasaanya saat ini.

"Waktu yang baik akan berlalu. Apa yang kau pikirkan? Kau tiba-tiba takut melewati ujian api suci?," tanya Kaisar meletakkan tangannya ke belakang. Dia cukup mendominasi saat ini.

Dira menatap api besar yang ada di hadapannya. Siapa yang tidak berpikir panjang saat di suruh bunuh diri secara nyata. Jelas-jelas itu api besar, cobaan apanya. Ini namanya pembunuhan.

"Kaisar, bagaimana kalau aku berubah pikiran?," tanya Dira.

"Sederhana saja. Aku akan membunuh Elgar dan pelayanmu," ujar Kaisar berterus terang.

Dira menelan salivanya kasar. Apakah Ia bisa mengulur waktu? Setidaknya untuk melihat Elgar sesaat.

"Ujian api suci memang cukup kejam. Namun, hanya dia yang bisa melewatinya baru bisa menunjukkan hatinya bersih dan tak memiliki niat buruk," lanjut Kaisar. Itu tidak sepenuhnya salah. Api suci melahap jiwa yang dipenuhi kegelapan. Namun api suci tidak bereaksi pada orang yang memiliki hati bersih.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang