27-Tandu pengantin

273 17 3
                                    

Dira berdiri di depan cermin sambil memperhatikan seluruh penampilannya dari atas hingga ke bawah. Gaun pengantin berwarna merah gelap melekat pas di tubuhnya. Wajahnya telah di poles riasan tipis membuat wajahnya sangat manis. Ada sedikit perbedaan antara tubuhnya dan Aurora. Aurora memiliki pipi yang lebih tirus dari dirinya dan juga tubuhnya lebih mungil dibanding Dira. Dira memiliki pipi yang sedikit lebih tembem dan badan yang tidak terlalu kurus.

"Kau sangat cantik Aurora," ujar Dira kagum menatap wajahnya di cermin. Dira akui, meskipun memiliki bentuk wajah yang sama, namun Aurora jauh lebih cantik di banding dirinya.

"Tentu saja tuan putri. Kau sangat cantik," imbuh Haciya tersenyum senang.

"Aku bukan tuan putri terhormat," batin Dira.

Ia merasakan dirinya sangat segar. Bisa mengendalikan rasa marahnya dan juga Ia bisa merasakan gejolak aneh di dalam dirinya. Tapi apapun itu, yang penting saat ini adalah melakukan aliansi pernikahan dan kembali ke dunia nyata. Jika ini mimpi, kenapa berbelit-belit sekali.

Kepalanya terasa berputar. Potongan ingatan muncul di benaknya.

"Pangeran ada apa? Kenapa kau kesakitan?,"

"Pergilah. Aku baik-baik saja. Kita akan bertemu lagi setelah dewasa. Pastikan kau tidak mengubah namamu, Aurora,"

Elgar, Aurora. Bagus sekali, mereka ternyata sudah memiliki hubungan sejak kecil. Perasaan aneh ini pasti muncul karena tubuh Aurora. Mereka sudah saling terkait. Tugasnya hanya menyatukan mereka dan menjadikan Elgar putra mahkota. Dengan begitu Ia bisa kembali ke dunianya.

Mereka berdua memang sudah ditakdirkan. Sedangkan Dira hanya bertugas menyatukan takdir mereka. Dira meremas kuat gaun pengantinnya untuk menguatkan tekad. Ia tak memiliki perasaan apapun pada Elgar. Dia hanyalah tugas bagi Dira.

"Tuan putri, kau baik-baik saja? Kau menangis?," Haciya kembali khawatir.

"Aku merindukan rumah. Aku ingin segera melupakan semua yang terjadi disini. Secepatnya," gumam Dira sembari mengusap air matanya.

"Tapi bukankah ini rumahmu?," Haciya menjadi bingung.

"Bukan, Ini-rumah Aurora," Dira memejamkan matanya sejenak.

"Tuan putri, kau sepertinya sedikit linglung," Haciya menggaruk kepalanya merasa kebingungan.

"Sudahlah, ayo berangkat," ujar Dira sambil berjalan terlebih dahulu meninggalkan pelayan pribadinya.

Di depan gerbang kerajaan Amania, sang kaisar dan permaisuri sudah menunggu putrinya memasuki tandu.

Dira muncul di depan gerbang dengan penampilan yang memukau membuat seluruh orang yang mengantar kepergiannya terkagum.

"Ayahanda, ibunda. Aku punya satu permintaan," ujar Dira dengan wajah serius.

___________

Kerajaan Saxpire di kejutkan dengan kedatangan tandu pernikahan yang begitu mewah yang diikuti oleh puluhan rombongan pengantar pengantin.

"Lapor yang mulia, tandu pengantin dari kerajaan Amania berada di depan gerbang," lapor seorang prajurit dengan tegas.

Kaisar tampak berdiri dari singgasananya.

"Perintahkan seluruh pangeran untuk menyambut kedatangan tuan putri," ujar Kaisar.

"Baik yang mulia,"

Kaisar tampak gelisah. Untung saja orang terpilih saat ini berada di genggamannya. Jadi dia tak terlalu khawatir.

"Panggil Alina ke aula. Dia yang akan melayaniku hari ini," perintah Kaisar pada pelayannya.

Di ruang lain, para pangeran terlihat kebingungan. Siapa tamu ini hingga Kaisar menyuruh mereka menyambut kedatangannya. Seberapa besar pengaruhnya?

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang