12-Srigala pemakan jiwa

389 23 0
                                    

"LEPASKAN AKU BRENGSEK. KAU HARUS TAU BERURUSAN DENGAN SIAPA. PANGERAN? APA YANG KAU BANGGAKAN DARI STATUSMU ITU? KAU TAK PUNYA PENCAPAIAN APAPUN. KAU HANYA BEBAN KERAJAAN SAXPIRE. KAU INGIN MENANGKAP PENGANTIN KAISAR? KALAU BEGITU TANGKAPLAH AKU. AKU PENGANTIN KAISAR YANG KAU CARI" Teriak Dira dengan amarah yang meledak. Ia melepas cekalan tangan Derick kasar. Nafasnya memburu dengan wajah yang memerah menahan amarahnya.

Derick menelan salivanya kasar. Belum pernah Ia melihat pelayan seberani ini. Kata-katanya kasar dan tepat sasaran. Derick memasang perisai di sekitar mereka. Perisai tak kasat mata yang kedap suara. Jadi tak ada orang luar yang bisa mendengar mereka.

"Kau hanya seorang pelayan. Pengantin Kaisar berasal dari keluarga bangsawan. Hentikan omong kosongmu" ujar Derick dingin. Kenapa gadis ini sangat suka mengarang cerita. Lebih baik di lenyapkan sebelum berbahaya.

"AKU TIDAK PERNAH BERBOHONG" ujar Dira semakin marah. Ia berjalan meninggalkan Derick yang juga mulai jengkel.

"Kau mau mati?" Suara Derick menghentikan langkah Dira beberapa saat.

"Kenapa? Kau takut mati?" Ujar Derick menyunggingkan senyum kemenangan. Tak ada yang berani melawannya. Nyawa mereka semua berada di tangannya.

Dira kembali melanjutkan jalannya tanpa mempedulikan ancaman Derick. Kau mau mati? Sudah ratusan kali Ia mendengar kata-kata itu.

"Hei gadis aneh, kau mau mati?"
"Woy pemarah, kau harus mati"
"Si gila, dia harus mati!"
"Setan kampus, kapan kau mati? Sekarang?"
"Dih bebal belum mati kau?"
"Kenapa gak lompat? Takut mati?"
"Kalau berani tabrakin dirimu di depan bus. Kalau kau gak mati baru hebat namanya"

Ingatan tentang dirinya di kampus membuat Ia menyunggingkan senyum dingin.
"Mereka semua hanya sampah" ujar Dira sambil berlalu keluar dari kamar Derick.

Derick mengepalkan tangannya menahan marah. Ia sudah mengeluarkan pedangnya hendak menusuk gadis itu. Namun Ia urungkan. Tiba-tiba Ia menjadi ragu dan berakhir membiarkan Ia keluar begitu saja. Tunggu saja, gadis itu pasti akan bertekuk lutut di depannya.

_______

Langit cerah dan panas terik membuat Dira ingin merebahkan badannya sejenak. Kejadian di kamar Derick membuatnya sangat jengkel dan menghabiskan sebagian tenaganya untuk marah. Ia akan membutuhkan stamina baru untuk menghadapi segala kemungkinan di tempat aneh ini.

Ia mulai merebahkan badannya, tapi belum sampai tubuhnya menyentuh kasur, seorang pelayan memanggilnya.

"Hei kau pemalas" ujar pelayan itu terkesan sombong dan jengkel.

Dira sudah tau itu, tak ada pelayan di sini yang menyukainya. Siapa pula yang suka berteman dengan gadis bertempramen buruk.

"Ada apa?" Tanya Dira malas. Ia menatap kantong besar di tangan pelayan itu.

"Dalam hidangan pangeran ketiga, wajib ada jamur morel. Kita kehabisan stok jamurnya. Kau cari jamurnya ke hutan kabut sebelah utara dari istana. Kau sudah pernah melihat bentuknyakan" ujar pelayan itu sambil menyerahkan kantong besar ditangannya pada Dira.

"Kenapa harus aku" protes Dira tak terima. Ayolah, dia baru saja ingin beristirahat. Lagi pula Ia tidak tau harus mencari jamur itu kemana.

"Siapa lagi kalau bukan kau. Aku? Kau tidak lihat pekerjaanku banyak" ujar pelayan itu kesal.

Dira menghela nafas kasar. Dia tidak mungkin berdebat dengan wanita itu. Mencari jamur, kedengarannya tidak sulit.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang