38-Selamat Tinggal (End)

553 25 4
                                    

Flashback on

Kendrik, aku punya permintaan padamu," ujar Dira.

"Tapi kau harus berjanji untuk tak mengatakannya pada siapapun,"

Kendrik penasaran apa yang diminta Dira padanya.

"Aku janji. Katakan," ujar Kendrik.

Dira membisikkannya pada Kendrik hingga membuat mata pria itu membola sempurna.

"Aku ingin kau mengajariku teknik pedang ilusi,"

"Apa? Untuk apa kau mempelajarinya. Jika tuan tau aku mengajarimu, aku akan mati lebih dulu di tangannya," bentak Kendrik sambil mendengus kesal.

Dira tidak sedang berbohong.

"Aku—," Dira menjeda ucapannya.
"Ingin menghancurkan segel kekuatan Elgar," sambung Dira.

Susana hening beberapa saat. Kendrik tak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Aurora.

"Kau tau konsekuensinya?," tanya Kendrik serius.

"Aku tau. Tapi aku tetap akan melakukannya," ujar Dira tak terbantah.

"Aku akan memberi tau tuan...,"

"Kau sudah berjanji untuk tak mengatakannya pada siapapun. Kau juga tau waktu Elgar sudah tak banyak. Aku tak boleh melewatkannya," potong Dira. Raut wajahnya memohon.

Kendrik mengangguk sebagai jawaban. Dia menginginkan Elgar kembali seperti semula tanpa racun atau segel kekuatan yang melemahkannya.

"Baiklah, tapi teknik pedang ilusi hanya akan berfungsi jika menggunakan pedang ilusi," ujar Kendrik serius.

"Dimana aku bisa mendapatkannya?," tanya Dira.

"Pedang ilusi sudah tak terlihat lagi sejak seratus tahun. Dia ada di dalam api suci. Hanya dengan melewati ujian api suci baru bisa mendapatkannya, namun sejauh ini, belum ada seorangpun yang berhasil melewati ujian api suci," jelas Kendrik. Hal mustahil yang bisa di dapatkan oleh Dira.

"Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya,"

"Tapi api suci bisa melahap jiwa. Jika kau gagal melewati ujian, kau akan hangus terbakar dan menjadi tumbal untuk kaisar," Kendrik tak setuju.

"Aku akan mencobanya," ujar Dira.

Arghos berhasil menyusul mereka. Tameng yang di buat Kendrik hancur dengan satu sayatan pedang dari Arghos.

"Oh tidak. Aku lupa kita masih punya musuh. Ayo pergi," Kendrik menarik Dira namun Dira menggeleng.

Dia akan menyelesaikan masalahku dengan Arghos. Terus menghindar tak ada gunanya.

"Aku akan menemuinya, tunggu disini," ujar Dira.

Kendrik tak bisa berkata lagi. Bukankah dia yang ingin kabur dari Arghos? Sekarang malah ingin menemuinya. Dasar betina.

Dira muncul di hadapan Arghos. Dia harus lebih berani untuk menyampaikan hal yang pahit.

"Quin," panggil Arghos dengan mata sarat akan rindu.

"Arghos, aku bukan Quin yang bisa melarikan diri dari masalah dengan bunuh diri. Aku seorang yang pengecut sekaligus pemarah. Aku tau kau cukup pintar untuk memahami kata-kataku," ujar Dira sedikit keras karena jarak mereka cukup jauh.

"Kau hanya melupakan kenangan kita Quin. Aku akan membantumu mengingatnya," Arghos masih mempercayai Dira adalah Quin.

"Jalan kita sudah berbeda. Quin mencintaimu sedangkan aku mencintai orang lain. Orang yang paling kau benci adalah orang yang ingin aku lindungi. Beri aku waktu seminggu untuk membuktikan semuanya padamu. Malam bulan purnama, kau akan melihat dengan jelas siapa aku sebenarnya," ujar Dira. Setelah mengatakan itu Ia berbalik meninggalkan Arghos yang masih mencerna kata-kata dari Aurora.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang