Dira menahan nafasnya tatkala Dravila ikut menyusul sembari membawa cambuk kebanggaannya. Dira menyesal membantu si kahancuran itu. Sangat menyesal.
"Bagus sekali. Setidaknya kau berguna sekarang," ujar Dravila tersenyum puas.
Elgar menatap Dravila dingin. Dia sudah menduga kalau kaisar akan memilihkan Dravila sebagai selirnya. Elgar juga tak boleh berbuat kasar padanya dan harus menuruti semua keinginan gadis itu. Lalu apakah Elgar patuh? Ya, dia menuruti semua itu. Mulai dari menyiapkan sarapan pagi, menyiapkan air mandi, menemaninya berjalan di sekeliling pasar hingga menangkap Dira untuknya.
Tidak, menangkap Dira bukan ide Dravila melainkan idenya sendiri.
"Apa yang kau lakukan?," tanya Elgar saat Dravila merentangkan cambuknya.
"Serahkan dia padaku. Hari ini dia akan mendapatkan hukuman yang pantas," ujar Dravila angkuh.
"Dia pengawalku. Kau tidak boleh sembarang menghukum orang-orangku," ujar Elgar dengan rahang mengeras. Elgar melepaskan Dira sambil bersitatap tajam dengan Dravila.
"KAU BERANI MENENTANGKU," bentak Dravila terlihat geram.
"Aku tidak berani," ujar Elgar sambil menunduk.
Bagus sekali. Dira memamfaatkan perdebatan mereka untuk kabur dari sana. Ia berlari pelan. Namun kedua prajurit Dravila melihatnya. Mereka mengejar Dira yang sudah mulai menjauh.
"Kalian mau melawan Atlet lari?," gumam Dira. Ia mempercepat kakinya hingga cukup jauh.
Ia berusaha mencari tempat bersembunyi. Seseorang menariknya memasuki lorong yang sedikit tersembunyi.
"Lepaskan aku," ujar Dira berontak.
"Kau ingin tertangkap? Diamlah, aku menyelamatkanmu, kelak kau harus membayar budi padaku," suara itu sangat Dira kenal. Senyumnya mengambang.
"Dimana pedang emasmu,?" Tanya orang itu.
"Aku membuangnya. Sangat tidak berguna," ujar Dira. Seorang pria penyelamatnya. Kendrik sang pengawal pribadi.
"Dasar bodoh. Jika tuan tau, kau akan dimarahi habis-habisan," ujar Kendrik memperingati.
"Aku membuang pedang itu didepannya. Tenang saja, dia sudah menjadi budak cinta Drakula sekarang. Apapun untuk si Drakula sialan itu,"
Kendrik menghela nafasnya berat. Sekarang dia harus mengambil keputusan sendiri meskipun tanpa sepengetahuan Elgar.
"Ayo, ku bawa kau ke suatu tempat," ujar Kendrik. Ia menarik tangan Dira sembari mengerahkan tenaganya.
"Kemana?," tanya Dira. Namun jawabannya belum dijawab Dira sudah terhuyung ke depan. Mereka berteleportasi cukup jauh hingga beberapa menit kemudian Dira kembali menginjakkan kakinya ke tanah. Ia hampir terjatuh tapi di tarik oleh Kendrik. Selalu begitu setiap kali berteleportasi.
Dira menatap ke sekeliling. Hutan yang lebat dengan sebuah rumah yang besar di depannya. Ada banyak wanita melakukan aktivitas di rumah itu.
"Kita dimana?," tanya Dira sambil menunggu jawaban dari Kendrik.
"Kediaman tuan. Jangan banyak tanya," jawab Kendrik.
Sangat banyak wanita disana. Apa Elgar mendirikan rumah itu untuk bersenang-senang dengan wanitanya? Membayangkannya saja sudah membuat Dira mengerling jijik. Membayangkan bagaimana Elgar datang tiba-tiba di hadapannya.
"Mereka semua wanita simpanan Elgar?," tanya Dira sambil mengikuti langkah besar Kendrik.
"Tuan ke dua datang. Salam pada tuan ke dua," ujar Wanita itu sambil tersenyum girang menatap kedatangan Kendrik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrath Of The Savior (End)
FantasyBagaimana jadinya kalau seorang gadis pemarah tiba-tiba bertransmigrasi ke tempat asing bak negeri dongeng? Itulah yang saat ini dirasakan oleh seorang Sania Nadira, gadis bermanik coklat, berpipi tembem dengan minus akhlak, otak lumayan cerdas, pem...