Elgar duduk di atas ranjangnya sambil berusaha menekan penyebaran racun di dalam tubuhnya. Racun itu benar-benar menyiksanya. Apakah tak ada harapan untuk Ia bertahan?
Elgar membuka matanya. Kendrik selalu berada di sisinya.
"Kau awasi putri bangsawan yang memasuki istana. Pemilihan istri untuk para pangeran tak akan luput dariku. Setidaknya ayah akan memilihkan dua orang selir untuk setiap pangeran. Cari tau identitas mereka dan juga kekuasaan yang mereka miliki," perintah Elgar.
Kendrik memberi hormat.
"Baik tuan," ujar Kendrik. Ia keluar dari kamar setelah menerima perintah.____________
Kerajaan Gracia penuh suka cita. Menyambut kedatangan kembali tuan putri mereka. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi mereka melihat permata istana kembali dengan baik.
Kaisar dan permaisuri bergegas menghampiri kediaman putri mereka.
"Guinevara," ujar Kaisar.
Wanita berpakaian sutra dengan hiasan rambut berlian di atas kepalanya dan juga rambut coklat sepinggangnya terurai rapi terlihat masih memperbaiki pakaiannya agar tidak berantakan.
"Ibu, ayah," ujar wanita itu sambil membalikkan badannya.
Bola mata berwarna hijau yang meneduhkan dan senyumnya yang seindah musim semi. Wajahnya terlihat seperti peri di negeri dongeng.
"Guin, kemarilah nak," ujar permaisuri sambil memeluk erat putrinya.
"Kemana saja kau hah? Kau membuat panik seluruh kerajaan," ujar Kaisar berseru jengkel.
"Ayah, Guin hanya menghabiskan waktu menjadi keluarga pencuri," ujar Guin atau lebih tepatnya Vara, seorang putri kerajaan Gracia yang terkenal suka berkeliaran antar kerajaan. Guin melepaskan pelukan ibunya.
"Apa?," rahang kaisar terlihat mengeras mencoba menahan amarahnya. Dia membesarkan putrinya bukan untuk menjadi pencuri.
"Ayah tenang dulu, Guine bersama paman Heci. Paman Heci menyuruh Guine menyamar jadi keluarga pencuri agar orang-orang tidak curiga," jelas Guin dengan tenang. Layaknya seorang putri kerajaan. Tidak ceroboh, anggun dan lembut.
"Sudahlah, dia baru saja pulang. Tidak seharusnya yang mulia memarahinya," permaisuri mencoba menengahi.
"Siapkan jamuan untuk kedatangan tuan putri malam ini. Undang seluruh mentri dan juga para pangeran," perintah Kaisar kepada para pelayan yang mengikutinya.
"Baik," ujar pelayan sambil memberi hormat.
"Ayah terima kasih," ujar Guine sambil memeluk Kaisar erat.
"Sudahlah, kau kembali dengan selamat merupakan berkah yang besar bagi kerajaan Gracia", ujar Kaisar sambil membalas pelukan putrinya.
__________
Hari yang tenang dan indah. Tak ada Elgar yang mengganggunya untuk latihan berpedang. Hari kebebasan bagi Dira. Ia menyelinap keluar dari istana pagi ini tanpa diketahui Alina dan geng.
Tujuannya tentu saja untuk mencari tau bagaimana caranya kembali kedunia nyata. Lama-lama berada di negeri antah berantah ini bisa membuatnya gila. Apalagi harus berhadapan dengan Elgar si kehancuran itu setiap hari.
Saat ini Ia berada di toko buku yang menjual berbagai buku mulai dari sejarah hingga fantasi.
"Anda mencari buku apa nona?," tanya sang penjual sambil menuntun Dira melihat berbagai buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrath Of The Savior (End)
FantasyBagaimana jadinya kalau seorang gadis pemarah tiba-tiba bertransmigrasi ke tempat asing bak negeri dongeng? Itulah yang saat ini dirasakan oleh seorang Sania Nadira, gadis bermanik coklat, berpipi tembem dengan minus akhlak, otak lumayan cerdas, pem...