28-Danau

257 15 0
                                    

Seorang bayi laki-laki terlahir dengan sehat dan lincah.

"Suamiku sepertinya kita akan memiliki anak kembar," seorang wanita terlihat kesakitan setelah bayi pertama lahir.

"Bertahanlah istriku," sang suami terlihat menggenggam erat tangan istrinya. Seolah ikut merasakan rasa sakit.

Setengah jam berlalu, bayi kedua mereka lahir dengan selamat. Seorang wanita, cantik seperti ibunya.

Mereka memanggil tetua untuk memberikan berkat pada bayi kembar itu.

Tetua itu terdiam sesaat. Hal baik selalu beriringan dengan hal buruk. Ia memegang kening kedua bayi itu perlahan kemudian menggeleng.

"Yang mulia, pangeran dan tuan putri memiliki takdir yang bertentangan. Pangeran lahir membawa tanda  kutukan di dada sebelah kanan sedangkan tuan putri lahir dengan tanda harapan di dada sebelah kiri," tetua menggeleng merasa sangat syok. Kelahiran anak kembar bisa membawa mala petaka besar bagi kerajaan.

"Apa? Tetua, anda mungkin salah meramal,"

"Yang mulia, hamba tidak mungkin salah. Pangeran memiliki aura gelap yang sangat kental. Sedangkan tuan putri di penuhi energi murni. Mereka akan saling menyakiti," tetua menarik nafasnya. Suasana yang seharusnya diliputi bahagia, berubah menjadi tegang.

"Lalu, apa yang harus kami lakukan tetua?," sang istri bertanya dengan raut khawatir.

"Pisahkan mereka. Pangeran harus di asingkan sebelum energi gelapnya berkembang. Kerajaan Amania akan musnah juga energi gelapnya terus berkembang,"

"Bukankah itu terlalu kejam. Tetua, apakah tidak ada cara lain?," suaminya terlihat tak setuju.

"Tuan putri akan terbunuh di tangan saudaranya sendiri. Hanya dengan memisahkan mereka barulah keduanya bisa hidup. Yang mulia, mengorbankan satu orang demi keselamatan seluruh orang akan lebih baik. Kita sudah cukup berbelas kasihan karena tidak membunuhnya," itu pendapat terakhir tetua.

______________


Byuuurrr.....

Suara ceburan keras di dalam danau yang keruh dan berbahaya membuat aktivitas orang-orang terhenti. Mereka mendekat ke arah danau dan melihat benda apa yang jatuh dari langit dan masuk ke dalam danau di senja hari.

Dira merutuk di dalam hati. Ia sangat menyesal menyuruh Elgar melakukan teleportasi. Lihatlah sekarang mereka justru tercebur ke dalam danau karena teleportasi Elgar yang tidak pernah stabil. Dira berenang naik ke permukaan dengan sisa nafas yang ada. Langit sudah mulai menggelap.

Ia merangkak menuju daratan. Sangat melelahkan apalagi dengan baju pengantin ini. Jika diingat lagi, Ia pernah meloncat ke dasar danau berniat untuk mati. Jika di pikir lagi, tindakannya sungguh bodoh. Belum tentu Ia bisa kembali ke tubuh aslinya jika Ia mati disini.

Tunggu, Elgar. Dimana pria itu? Apakah dia tenggelam?

Raut khawatir melingkupi wajahnya.

"Nona, anda baik-baik saja?," penduduk sekitar yang baru pulang bekerja menghampiri Dira. Mereka menatap aneh pada gadis dengan memakai gaun pengantin merah.

"Tidak, aku harus menyelamatkannya," ujar Dira. Ia kembali mencebur ke dalam danau untuk mencari Elgar. Dira lupa kondisi Elgar sangat buruk. Mungkin Ia sudah tak memiliki tenaga lagi untuk berenang ke permukaan.

Dira berenang ke dasar danau mencari keberadaan Elgar. Ia hampir kehabisan nafas namun masih belum menemukan Elgar. Ia kembali berenang ke permukaan untuk sekedar mengambil nafas dan kembali masuk ke dalam air.

The Wrath Of The Savior (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang