"Sudahlah, tidak ada gunanya berdebat denganmu. Mungkin sudah sifat alamiah mu" ujar Arghos mendengus kesal.
"Kenapa kau bisa terluka" tanyanya lagi sambil berdiri menghadap Dira. Ia menampilkan wajah tenang dan teduhnya.
Dira menjelaskan kalau dirinya di cekik oleh seorang pria di kamar lorong ke dua yang Ia lewati. Ia menjelaskan panjang lebar pada Arghos. Tanpa terlewat sedikitpun.
"APA?" teriak Arghos hingga mengaung di seluruh kamar. Matanya melotot tak percaya mendengar penuturan Dira. Tidak hanya itu mulutnya terbuka lebar sangking tercengangnya.
"Ct kenapa kau sangat alay. Tidak bisakan ekspresi menyebalkan itu di hilangkan" ketus Dira berdecak sebal. Pasalnya setiap kali Ia mengatakan 'APA' angin bertiup kencang dan sangat menggangu bagi Dira. Belum lagi suara bassnya yang sangat tidak enak di dengar.
"Kau tau siapa orang itu?" Tanya Arghos menatap serius Dira.
"Siapa?" Tanya Dira balik sedikit penasaran.
"ELGAR LATIO SAXIUS" ujar Arghos penuh penekanan. Pastinya gadis itu tau apa yang dimaksud Arghos.
Dira mengangguk kemudian menatap Arghos bingung.
"Oooh.... Siapa dia?" Tanya Dira menyelidiki.Arghos membelalak tak percaya dengan pertanyaan Dira. Bagaimana mungkin Dira tak tau siapa Elgar. Bahkan pengemis di jalanan saja tau.
"Kau tidak mengenalnya?" Tanya Arghos heran.
Dira hanya mengerdikkan bahunya acuh.
"Kau keluar dengan selamat saja dari ruangan itu sudah merupakan keajaiban" lanjut Arghos. Ia spontan ingin duduk di samping Dira sambil bercerita. Namun Ia urungkan saat melihat tatapan tajam yang di hadiahi kepadanya.
"Memangnya siapa dia? Psikopat? Pembunuh bayaran? Mafia? Setan? Raja? Vampir? Manusia serigala? Titisan genderuwo? Keturunan pejabat? Geng motor? Dewa? Atau pria gila?" Tanya Dira lagi mengabsen semua yang ada dipikirannya.
"Dia kehancuran" jawab Arghos singkat. Matanya menatap tak suka saat membahas pria itu.
Dira berdiri sambil memegangi tanagannya yang di perban rapi. Perihnya terasa kentara bercampur nyeri yang menghujam di sekitar lehernya. Namun Dira tak terlalu peduli dengan rasa sakit itu.
Ia mendengus kesal, Ia paling benci bertele-tele. Kehancuran, jika membahas itu dirinya juga kehancuran bagi orang-orang di sekitar. Bahkan dia pernah menghancurkan laboratorium SMA nya dengan mencampurkan berbagai cairan yang berbeda-beda warna. Alhasil laboratorium itu meledak dan membuat barang-barang di dalamnya berantakan. Tidak hanya itu, murid-murid yang berada di dalam ruangan ikut terluka termasuk dirinya. Namun Ia justru merasa senang bisa membuat ruangan berantakan.
"Kau jangan menceritakan sesuatu dengan gantung goblok. Lama-lama aku gantung juga kepala kau" ujar Dira sambil mendelik tak suka.
Arghos mendengus pelan tapi tetap menjelaskannya pada Dira.
"Di hari kelahiran Elgar, seluruh bagian kerajaan Saxpire bergetar hebat dan merobohkan sebagian bangunan...."
"Tunggu, kerajaan Saxpire? Kerajaan apa pula itu?" Potong Dira. Matanya mendelik menatap Arghos dengan raut bertanya.
Arghos di buat menganga sekali lagi. Apakah dia bukan warga Saxpire? Atau jangan-jangan dia pindahan dari kerajaan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrath Of The Savior (End)
FantasyBagaimana jadinya kalau seorang gadis pemarah tiba-tiba bertransmigrasi ke tempat asing bak negeri dongeng? Itulah yang saat ini dirasakan oleh seorang Sania Nadira, gadis bermanik coklat, berpipi tembem dengan minus akhlak, otak lumayan cerdas, pem...