Part 37

66 23 0
                                    

Makin malam, lampu dengan berbagai paduan warna makin terang dan menghiasi tempat itu. Apalagi saat mereka berjalan menelusuri jalan dengan hiasan beberapa lampu yang membentuk love. Pengujung juga makin bertambah ramai menikmati detik-detik akhir tahun.

"Arka, kita ambil foto!" Freya mengangkat kamera tepat melihat patung dinasaurus di belakang mereka.

Belum juga Freya menyentuh tombol kamera, sesaat panggilan muncul di layarnya. Keduanya mendesah kecewa padahal sudah siap dengan pose mereka. Freya pun minta maaf pada Arka yang langsung mengangguk mengerti.

"Iya, Fen?" Freya mengangkat panggilan dari saudari kembarnya.

"Woi!" suara Fenita begitu nyaring tidak seperti biasanya sampai Freya menjauhkan speaker ponselnya. "Lo ke mana aja sih sampe malam belum pulang, hah?"

Arka terkekeh mendengar suara Fenita dari panggilan. Cewek itu kalau marah emang garangnya mengalahkan raungan raja hutan.

"Gu-gue ke rumah Eka sama Indah. Gue akan pulang secepatnya kok," culas Freya.

"Bohong! Gue udah tanya mereka, dan mereka nggak tahu lo hilang ke mana!" balas Fenita. Freya lupa kalau saudari kembarnya memang tidak sebodoh dirinya.

"Fre, jawab! Lo di mana?" Fenita terus mendesak Freya agar jujur.

"Gue...sama Arka," jawab pelan Freya.

"Hah? Ke Singapura?!"

Freya langsung menutup panggilan membiarkan teriakan Fenita lenyap begitu saja. Setelah itu hanya terdengar suara tawa Arka. Freya menoleh ke arah cowok itu. Dia sangat senang melihat Arka tertawa.

"Anggap aja kamu sekarang ada di Singapura," ucap Arka terkekeh sembari mendorong kursi rodanya sendiri dengan tangannya mencari tempat lain.

"Arka kita belum foto lo," gerutu Freya mengejar Arka.

"Foto bersama dinasaurus sama sekali nggak romantis tahu! Kita cari tempat yang lebih romantis!"

Freya menyentuh pipinya yang merona. "Romantis?" Dia membayangkan kisah romantis yang ada di dalam manga genre romance yang dia baca.

☔☔☔

Setelah mendapatkan beberapa foto, Freya dan Arka menjauh dari kerumunan. Wisata yang mereka kunjungi makin ramai meski jam sudah menunjukkan sebelas malam. Wisata sengaja buka dua puluh empat jam hari ini, spesial menyambut tahun baru.

Ada pintu keluar yang memperlihatkan lapangan luas kosong. Mungkin lahan itu akan ditambahkan untuk spot wisata lain nantinya.

"Kamu nggak pulang?" tanya Arka khawatir karna Freya sedari tadi mendapatkan panggilan dari rumah. Anak gadis yang masih SMA seharusnya tidak pulang terlalu larut, apalagi perjalan ke rumah Freya jelas sangat jauh.

"Nanti aja lah." Freya duduk bersilah hanya sedang bokong yang menumpuh tubuhnya di samping Arka yang hanya mampu duduk di atas kursi rodanya.

"Mau menunggu kembang api?" tanya Arka lagi.

Freya tiba-tiba terkekeh. "Aku takut suara keras, makanya aku takut guntur," jelasnya.

"Kamu juga takut suara kembang api?" terkejut Arka.

Freya langsung menutup wajahnya yang super malu. "Aku nggak pernah lihat kembang api secara langsung. Waktu aku kecil, suara kembang api seperti suara bom atom yang seolah dijatuhkan ke bumi," celoteh Freya.

Arka menahan tawa mendengar kalimat Freya mengingatkan dia saat pertama kali menemukan Freya di bawah kolong meja dengan wajahnya yang sangat ketakutan.

All I Hear Is Raindrops [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang