PART 19

367 32 0
                                    

Angin berhembus mengubah posisi poni rambut Fenita yang menutupi matanya. Arka langsung merapikannya, menyelipkannya di telinga cewek itu. Mata mereka sekilas saling menatap dengan kedalaman yang berbeda.

"Eh lihat-lihat!" heboh Arka menunjuk ke satu sudut langit. Seikat balon berwarna-warni baru saja dilepaskan ke udara.

"Sepertinya ada peresmian tempat baru atau acara penting di sekitar sini." Arka mencoba menyimpulkan sendiri sesuai budaya yang biasa mereka temui.

"Lo nggak berpikir kenapa balon itu bisa terbang?" Fenita mulai berbicara setelah banyak diam. Melihat balon-balon itu bukan rencananya membawa Arka ke rooftop sekolah. Namun dia akhirnya bisa memulai pembahasannya lewat pemandangan itu.

"Yang gue tahu waktu kecil sering beli balon, itu diisi sama karbit kan?" balas Arka yang pengetahuannya terbatas.

"Benda dengan massa jenis lebih ringan akan berada di posisi lebih atas. Gaya angkat ke atas terjadi ketika dimasukkan ke dalam fluida yang berupa air atau gas. Balon berisi gas panas yang massanya lebih ringan daripada udara yang kita hirup sekarang, makanya bisa terbang," jelas Fenita dengan rinci sampai Arka hanya mengangguk-angguk, padahal teori yang Fenita jelaskan sama sekali tidak mencapai otaknya. Sejak tadi pagi, kepalanya sudah sangat tertekan oleh rasa sakit.

"Lo pernah nggak sih belajar hukum Newton?" tanya Fenita melirik Arka. Wajah cowok itu terlihat polos dan songong sekali.

"Hahaha iya lah," kekeh Arka. "Gue juga jago Fisika kali."

"Gue yakin lo paham." Seketika Fenita tersenyum kecil. Meski wajah cewek itu langsung berpaling, efeknya membuat rasa nyerih di kepala Arka sedikit berkurang.

"Lo kira, banyak aksi bisa menimbulkan reaksi seperti Hukum Newton ketiga?" bahas Fenita tiba-tiba.

"Hah? Hukum Newton ketiga?" bengong Arka. Mana dia ingat kalau Hukum Newton ternyata ada yang ketiga.

"Selama ini lo terlalu ambis buat deketin gue, tapi apa lo yakin gue udah ngasih feedback ke elo hanya karna kita pacaran?" tanya sekali lagi Fenita.

Arka terdiam sejenak mencerna kalimat Fenita yang bukan sekedar kalimat biasa yang mudah dipahami. "Apa itu maksudnya, you have no feeling for me?"

Fenita membulatkan matanya karna Arka menangkap maksudnya dengan sangat blak-blakkan. Dia tak bisa mengungkapkannya karna takut melukai cowok itu atas sikap egoisnya pun hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Ah, kenapa sih lo pakek bahasa alien, gue jadi nggak paham kan?" celoteh Arka. "Cepat katakan apa maksudnya?"

Fenita melongo cepat. Arka tidak sadar kalau dia sudah menjawab dengan benar. Sial, bibirnya terus bergetar tiap kali ingin mengatakannya secara jelas.

Arka tiba-tiba menaikkan tangannya ke bahunya. "Mana mungkin orang yang setiap pagi selalu ngirim surat ke rak meja gue, nggak punya perasaan sama gue?"

"Surat? Setiap pagi? Di rak meja? Siapa yang mengirimnya?" cecar Fenita mengerutkan dahinya.

"Iya, surat. Surat bertuliskan terima kasih dan di bawahnya selalu tertulis huruf F," jelas Arka. "FI..NE..TA."

Fenita menyingkirkan pelan tangan Arka dari pundaknya. Dia yang membuat Arka bingung dengan penjelasannya, Arka malah membuatnya bingung dengan cerita yang dibuat cowok itu. "Kayaknya lo salah paham dech. Gue nggak ngirim surat apapun?" tampik Fenita.

Tatapan Arka masih saja membuat Fenita tak tega. Cowok itu terkesan meninggikan harapan darinya. Jika terus dibiarkan, Arka akan mendapatkan rasa kecewa yang lebih serius dari kebohongan ini, sementara Fenita akan terus membohongi diri sendiri.

All I Hear Is Raindrops [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang