"Komplit." Freya menyodorkan sebuah komik di atas meja kepada kedua sahabatnya. Langsung saja direspon kedua sahabatnya dengan ekspresi wajah bosan.
"Tadi malam udah gue baca semua halamannya. Mau gue ceritain nggak? Seru lho ceritanya," ucap Freya penuh semangat.
"Fre, mana kita ngerti. Kan cuma lo yang suka baca komik. Kayaknya nggak seru kalo topiknya tentang komik yang lo baca," gerutu Indah.
"Tau nich, Fre. Lo mau kita cuma diam dengerin lo doang!" sahut Eka.
"Mending cerita tentang drakor. Ada kesan romantisnya gitu." Indah memejamkan matanya sembari meletakkan kedua telapak tangannya di pipinya. Entah apa yang berusaha dia bayangkan.
"Kenapa nggak lo ceritakan hidup lo yang penuh drama itu, Fre," celetuk Eka.
Indah langsung membuka matanya dan terkekeh sendiri." Freya, kan jomblo, mana ada cerita romantis dalam hidupnya. Yang ada cerita saudari kembar yang beda volume otak."
Freya langsung menepuk dahi Indah sampai sahabatnya itu kesakitan. "Lo pikir gue jenis manusia purba sampai volume otak gue sama Fenita beda?"
"Isinya maksudnya," jawab Indah, lalu disambut tawa Eka menggelegar.
"Pithecanthropus Erectus," tambah Eka. Keduanya semakin ngakak.
Freya hanya mendengus kesal. Kedua sahabatnya itu memang sering sekali meledeknya. Tapi seketika itu, Indah berhenti tertawa. "Ssstt..," desis Indah melotot ke arah pintu kelas. Fenita dan Eka yang sedari tadi menghadap ke belakang ke arah Indah sekarang memutar kepala mereka ke depan.
Freya terkejut melihat Arka masuk ke kelasnya. Bukan hanya Freya, tapi semua siswa yang tadinya ramai, kini menjadi hening. Semua memperhatikan Arka yang tersenyum bingung di depan sembari menggaruk-nggaruk rambutnya. Arka tiba-tiba menghampiri Freya, Eka, dan Indah yang hanya melongo.
"Fre, di sini ada meja kosong nggak?" tanya Arka saat sampai di depan Freya.
"Meja?" ulang Freya bingung, menautkan alisnya. Otaknya masih loading karna kehadiran Arka yang tiba-tiba.
Arka mengangguk. "Aku disuruh pindah kelas soalnya," jelas Arka, tapi sepertinya Freya lebih fokus dengan perasaan terkejutnya. Dia masih melongo menatap Arka.
"Di samping gue kosong kok," sahut Indah menepuk kursi di sampingnya.
Arka tersenyum dan hendak duduk di kursi di samping Indah, tapi Freya mencegahnya. Baik Arka, Indah, dan Eka menatap Freya bingung melihat Freya seakan tidak memperbolehkan Arka duduk sebangku dengan Indah.
"Sebenarnya itu tempat duduknya Eka," culas Freya. Eka langsung mengangah. Freya seakan tidak menganggapnya sebagai patner bangkunya.
"Kamu duduk di samping aku aja," pinta Freya, lalu memindahkan tas Eka ke belakang.
Eka mendelik, hendak menahan tindakan Freya, tapi Freya malah menyenggol pantat Eka sampai cewek itu hampir terjatuh dari kursi. Eka dengan decakan pelan menuruti apa yang Freya mau tanpa tahu alasan Freya melakukannya.
Saat Arka duduk di sampingnya, Freya hanya bisa tersenyum sendiri. Eka dan Indah saling bertukar pandang, sesekali mengangkat kedua pundak mereka. Mereka heran dengan sikap Freya pada pacar saudara kembarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Hear Is Raindrops [END]✔
Teen Fiction"Aku bisa mendengar rintik hujan yang damai hanya dengan memejamkan mata." Arka El Raffi Arham, candu dengan rintik hujan. Anehnya di hari itu, bayangan masa lalu yang selalu menghantuinya tiap kali hujan turun tiba-tiba sirna. - - -- - Arka mulai...